Daerah

Kronologi Santri di Kediri Meninggal Dianiaya Senior

Rabu, 28 Februari 2024 | 12:29 WIB

Kronologi Santri di Kediri Meninggal Dianiaya Senior

(Ilustrasi: Freepik)

Jakarta, NU Online
Aparat Kepolisian Resor Kediri Kota, Jawa Timur, menangkap empat santri pelaku penganiayaan terhadap adik kelasnya Balqis Bintang Maulana (14) hingga meninggal dunia di PPTQ Al Hanifiyyah Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.


Penangkapan itu dilakukan setelah pihak kepolisian mendapatkan laporan dari keluarga korban. Pihak kepolisian melakukan olah tempat kejadian perkara dan meminta keterangan kepada sejumlah saksi.


"Kasus ini terjadi di salah satu pondok pesantren di Mojo, Kabupaten Kediri. Kami tetapkan empat tersangka dan kami lakukan penahanan untuk proses penyelidikan lebih lanjut," kata Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji sebagaimana dikutip Antara, Senin (26/2/2024).


Adapun empat tersangka yang kini tengah diproses yakni MN (18) asal Sidoarjo, MA (18) asal Kabupaten Nganjuk, AF (16) asal Denpasar Bali, dan AK (17) asal Surabaya.


Pihak kepolisian menduga, penganiayaan kepada korban dilakukan berulang-ulang. Diduga, terjadi kesalahpahaman di antara anak-anak tersebut sehingga menyebabkan kejadian penganiayaan berulang.


Keempat tersangka dijerat Pasal 80 Ayat 3 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2022 tentang Perlindungan Anak, Pasal 170 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang penggunaan kekerasan terhadap orang atau barang, serta Pasal 351 KUHP tentang tindak pidana yang dilakukan secara berulang yang mengakibatkan kematian.


Ibu kandung korban, Suyanti, menceritakan bahwa anaknya dipulangkan dari pondok pesantren dalam kondisi meninggal dunia pada Sabtu (24/2/2024) lalu. Sehari sebelumnya, pihak pesantren mengabarkan bahwa Bintang meninggal karena jatuh dari kamar mandi.


Namun saat jenazah Bintang tiba di rumah, banyak kejanggalan yang keluarga temukan. Salah satunya, kondisi tubuh Bintang yang penuh luka dan berdarah.


Suyanti menuturkan salah satu tersangka AF mengatakan Bintang dianiaya karena dinilai susah diatur. Pengakuan ini terucap saat keponakan Yanti itu mengantar jenazah korban ke rumahnya di Banyuwangi.


"Katanya Bintang susah diatur, disuruh salat dan disuruh ngaji itu susah. Makanya dia harus dipukul," tutur Yanti dikutip dari Antara


Mendengar pengakuan AF, Yanti mengaku tak habis pikir. Karena kesalahan anaknya itu jelas tak sepadan dengan nyawa anaknya.


"Sebesar apa salah anak saya, kenapa kok dianiaya begitu sampai luka-luka di sekujur tubuhnya. Kok setega itu melakukannya," tegas Yanti.


"Herannya, saat anak saya dibanting dipukul itu ada 15 santri katanya. Kok diam saja, kok gak lapor ke Pondok," imbuh Yanti.


Pengasuh pesantren Al Hanifiyah, Fatihunada mengaku pihaknya tidak mengetahui terkait dugaan penganiayaan yang menyebabkan santrinya meninggal dunia. Pasalnya, pihaknya hanya menerima laporan dari pengurus bahwa korban meninggal akibat terpeleset di kamar mandi. 


Keluarga korban menyayangkan sikap pondok pesantren yang tidak proaktif memberi informasi soal kematian Bintang.


"Itu yang saya sayangkan, saya menunggu inisiatif dari pondok pesantren untuk meminta maaf atau berduka cita. Tapi tidak ada," tutur Suyanti.


Lima hari sebelum tewas dianiaya, Bintang Balqis Maulana, diketahui sempat mengirim pesan kepada ibu kandungnya, Suyanti.


Bintang mengirimkan pesan pada Senin, 19 Februari 2024 pukul 16.28 WIB berisi permintaan tolong kepada ibunya, dan meminta agar ibunya segera menjemputnya, karena dia sedang dalam kondisi ketakutan.


Suyanti lantas mempertanyakan alasan Bintang Balqis Maulana minta dijemput, tetapi dia tidak menyebutkan alasannya.