Daerah

LP Ma’arif Jember: Jika Sekolah Tatap Muka Diterapkan, Sarana Prokes Perlu Dibantu

Jumat, 5 Maret 2021 | 04:30 WIB

LP Ma’arif Jember: Jika Sekolah Tatap Muka Diterapkan, Sarana Prokes Perlu Dibantu

Kegiatan siswa di salah satu SMP Ma’arif di Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Rencana Bupati Jember Jawa Timur, H Hendy Siswanto untuk menerapkan sekolah tatap muka mendapat tanggapan baik dari Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pedidikan (LP) Ma’arif  Kabupaten Jember Jawa Timur, HM. Suyitno. Menurutnya, pembelajaran dengan tatap muka menjadi kerinduan guru dan siswa. Pasalnya, sudah terlalu lama murid berpisah dengan guru dan sekolah, sehingga terkesan ada yang hilang dari keduanya, yakni komunikasi.


“Komunikasi  penting, karena dengan komunikasi itu guru bisa memberi pelajaran tambahan, yaitu bimbingan akhlak untuk anak-anak,” ucapnya kepada NU Online di Jember, Jumat (5/3).


Suyitno menegaskan bahwa belajar daring tidak efektif, karena murid lebih banyak main dibanding belajar. Misalnya, durasi waktu yang disediakan untuk belajar daring adalah 2 jam. Tapi kenyataannya yang digunakan untuk belajar hanya 25 persen.


“Selebihnya untuk main-main. Itu pengamatan saya di lapangan” jelasnya.


Oleh karena itu, Suyitno mengaku sangat setuju pembelajaran daring dengan catatan perlu ditunjang pengadaan sarana protokol kesehatan (Prokes) yang memadai. Sebab selama ini sebagian sekolah, terutama sekolah swasta, tidak semuanya memiliki sarana cuci tangan.


Nah kalau memang sudah mantap melaksanakan sekolah tatap muka nanti, maka sekolah-sekolah yang belum punya sarana cuci tangan, tolong diadakan,” pintanya.


Seperti diketahui, saat menjadi pembicara dalam dialog publik bertema Wayahe Jember Bangkit di gedung DPRD Jember, Kamis (4/3), Hendy mengungkapkan rencananya untuk menerapkan sekolah tatap muka. Menurutnya, pembelajaran daring hanya belajar tekstual, namun di saat yang sama pelajaran disiplin dan tatakrama bagi murid tereduksi, bahkan hilang.


“Satu tahun (pembelajaran) daring ini, ada beberapa pelajaran yang hilang, yaitu disiplin, sopan santun, dan tatakrama,” ujarnya.


Dia menilai, pembelajaran secara daring, menafikan pendidikan karakter. Sebab pendidikan karakter yang efektif didapat melalui tatap muka dan bersinggungan dengan pergaulan guru.


“Jadi memang penting pembelajaran tatap muka untuk pembinaan karakter,” urainya.


Hendy berencana menerapkan sekolah tatap muka di kawasan perkotaan dulu, dan itu pun dicoba untuk lima hingga sepuluh sekolah. Jika itu berhasil, maka sekolah tatap muka akan diperluas untuk yang lain.


“Itu semua masih menunggu kajian,” pungkasnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin