LTN PCNU Banjar Kalsel Terbitkan Kitab Mir’atthulab fi Ilmil Adab Karya Guru Tuha
NU Online · Ahad, 9 November 2025 | 10:00 WIB
Lailatul Ijtima, agenda rutin PCNU, di Aula Guru Tuha, Gedung NU Martapura, Banjar, Kalimantan Selatan, pada Sabtu (8/11/2025). (Foto: Ahmad Mursyidi)
Ahmad Mursyidi
Kontributor
Martapura, NU Online
Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) PCNU Kabupaten Banjar menerbitkan kembali kitab Mir’atthulab fi Ilmil Adab karya KH Abdul Qodir bin Muhammad Hasan atau yang dikenal sebagai Guru Tuha.
Guru Tuha adalah tokoh pembawa NU pertama di luar Jawa ke Kalimantan serta merupakan Pimpinan keempat Pondok Pesantren Darussalam Martapura.
Kitab tersebut dibacakan oleh Wakil Katib Syuriah PCNU Kabupaten Banjar KH Muhammad Zaki dalam kegiatan Lailatul Ijtima, agenda rutin PCNU, di Aula Guru Tuha, Gedung NU Martapura, Banjar, Kalimantan Selatan, pada Sabtu (8/11/2025).
Kiai Zaki yang juga merupakan salah satu buyut Guru Tuha menceritakan bahwa beberapa tahun lalu, Ustadz Jayadi, yang juga merupakan keturunan KH Abdul Qodir Hasan, memberi kabar adanya catatan karya Guru Tuha yang masih tersimpan. Ia kemudian meminjam catatan tersebut untuk dicetak ulang.
"Saya pinjam untuk di-copy atau ditulis ulang agar bagus maka diserahkanlah oleh Ustadz Jayadi berupa buku catatan saku yang dinamai Mir’atthulab fi Ilmil Adab (Cermin Penimba Ilmu dalam Memahami Sopan Santun) yang dikarang menggunakan huruf hijaiyah dengan bahasa Melayu," ujarnya.
Selain kitab Mir’atthulab, Kiai Zaki menyampaikan bahwa masih terdapat karya lain, yaitu Adaiyah Masrurah wa Masail Maksusah, yang berisi kumpulan doa serta catatan bahtsul masail dari pertanyaan-pertanyaan yang pernah disampaikan kepada Guru Tuha beserta jawabannya.
Selain itu, terdapat catatan Muhadasah bahasa Arab yang berjumlah sekitar 47 dialog, yang diduga ditulis saat berada di Makkah karena menggunakan bahasa ‘amiyah.
Kiai Zaki, yang saat ini menjadi salah satu Penasihat LTN PCNU Kabupaten Banjar masa khidmat 2025-2030, menjelaskan bahwa tulisan-tulisan tersebut awalnya disimpan oleh putra Guru Tuha, yaitu Ustadz Abdul Hakim bin KH Abdul Qadir Hasan.
Setelah Guru Tuha wafat, naskah tersebut kemudian disimpan oleh cucunya, Ustadz Muhammad Mursyidi. Selanjutnya, setelah Ustadz Mursyidi wafat, naskah diteruskan penyimpanannya oleh buyut beliau, Ustadz Muhammad Jayadi.
Pada bagian awal kitab dijelaskan mengenai hubungan antara seorang ayah dan anak dalam proses pendidikan akhlak.
"Maksudnya seorang anak itu berjalan bersama orang tua kalau malam berjalan di depan tapi kalau siang di belakang," jelas Kiai Zaki.
Pada sampul belakang kitab terdapat pesan Guru Tuha mengenai pentingnya ilmu adab. Beliau menerangkan bahwa adab adalah ilmu untuk membersihkan perangai dan membedakan antara kebaikan dan keburukan, manfaat dan mudarat, serta haq dan bathil. Dengan adab, seseorang mampu mengobati diri dari sifat tercela hingga perangainya menjadi terpuji, baik dalam ucapan maupun perbuatan.
Dalam kegiatan Lailatul Ijtima tersebut turut hadir KH Achmad Ikrom dari Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) masa khidmah 2022-2027, yang menyampaikan tausiyah serta menjawab sejumlah pertanyaan dalam diskusi ke-NU-an.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua