Muhammad Asrofi
Kontributor
Batang, NU Online
Peringatan Hari Pahlawan menjadi momentum bagi generasi muda untuk menafsirkan kembali arti perjuangan dan pengorbanan di masa kini. Bagi kalangan generasi Z, makna pahlawan tak lagi terbatas pada mereka yang mengangkat senjata di medan perang, melainkan siapa pun yang memberi manfaat dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Lisana Sidqin Aliya, salah satu siswi madrasah di Batang, Jawa Tengah menilai bahwa pahlawan masa kini hadir dalam berbagai bentuk perjuangan. Ia menyebut guru, tenaga medis, dan relawan sebagai contoh nyata semangat kepahlawanan zaman sekarang.
“Menurut saya, pahlawan di zaman sekarang ini bukan hanya mereka yang berjuang di medan perang, tapi juga orang-orang seperti guru, tenaga medis, relawan, atau siapa pun yang berkontribusi positif bagi masyarakat,” ujar Lisana kepada NU Online pada Senin (10/11/2025).
Lisana menambahkan bahwa seseorang layak disebut pahlawan apabila memiliki sikap rela berkorban, jujur, ikhlas, bertanggung jawab, dan peduli terhadap sesama. Ia menilai, semangat itu dapat terus hidup melalui tindakan-tindakan kecil di kehidupan sehari-hari. Menurutnya, rajin belajar, membantu orang lain, dan menjaga persatuan merupakan wujud sederhana untuk melanjutkan semangat para pahlawan.
Terkait pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden Soeharto, Lisana berpendapat agar hal itu dinilai secara objektif.
“Soeharto memang punya jasa besar dalam pembangunan Indonesia, tapi masa pemerintahannya juga meninggalkan kontroversi. Jadi, pemberian gelar itu sebaiknya dilihat dari dua sisi, jasanya dan juga dampaknya,” ujarnya menegaskan.
Ia menambahkan bahwa gelar kepahlawanan sebaiknya diberikan dengan pertimbangan yang adil dan menyeluruh agar tidak mengaburkan makna moral di baliknya.
Pandangan serupa diungkapkan oleh Eva Naylarahma. Ia menilai pahlawan di masa kini bisa berasal dari berbagai profesi, terutama guru. Bagi Eva, guru layak disebut pahlawan karena perannya yang besar dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa.
“Guru itu rela berkorban, memberikan yang terbaik untuk murid-muridnya, dan punya rasa cinta tanah air yang tinggi. Menurut saya, guru pantas diberi gelar pahlawan,” kata Eva siswi kelas XI di MA NU 01 Banyuputih, Batang, Jawa Tengah.
Sementara itu, Khanif Syaekhoni pelajar sekaligus santri Pondok Pesantren An Nahdliyah Banyuputih, Batang, Jawa Tengah itu melihat pahlawan sebagai sosok yang berjuang untuk kemajuan bangsa lewat pendidikan.
“Kalau dulu pahlawan berjuang untuk kemerdekaan, sekarang guru berjuang untuk mencerdaskan generasi penerus. Itu juga perjuangan besar,” ujarnya.
Menurut Khanif, semangat kepahlawanan di kalangan pelajar bisa diwujudkan dengan belajar sungguh-sungguh dan berbuat baik untuk sesama. Ia menilai bahwa menjadi pelajar yang disiplin, bersemangat, dan berjiwa nasionalis merupakan cara konkret menjaga warisan nilai perjuangan.
“Sebagai pelajar, mengenang pahlawan tidak harus seperti dulu ikut perang. Belajar dengan sungguh-sungguh juga bentuk perjuangan untuk masa depan bangsa,” ujarnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua