Daerah

MAPSINU Ungkap Nisan sebagai Penanda Peradaban Islam di Kota Surabaya

NU Online  ·  Selasa, 28 Oktober 2025 | 15:00 WIB

MAPSINU Ungkap Nisan sebagai Penanda Peradaban Islam di Kota Surabaya

Ragam nisan di Kota Surabaya (Foto: Istimewa)

Surabaya, NU Online 
Masyarakat Pegiat Sejarah Islam Nusantara (MAPSINU) menegaskan pentingnya menjaga dan meneliti warisan budaya benda berupa nisan dan jirat (pernisanan) sebagai bukti nyata perkembangan peradaban Islam di Kota Surabaya.


Ketua MAPSINU Nurul Yaqin mengatakan, istilah pernisanan merujuk pada seni dan tradisi penanda makam—nisan—yang memuat biasanya inskripsi arab, carakan, maupun motif ragam hias khas pesisir Jawa. 


Ia menambahkan, di berbagai titik di Surabaya, peninggalan ini tidak hanya menunjukkan nilai spiritual, tetapi juga menyimpan jejak sejarah sosial, budaya, seni, dan intelektual umat Islam di masa lalu.


“Melalui batu nisan, kita dapat membaca perjalanan Islam di Kota Surabaya; bagaimana dakwah berkembang, ilmu pengetahuan tumbuh, dan budaya lokal berasimilasi dengan nilai-nilai Islam,” ujarnya melalui siaran pers yang diterima pada Selasa (28/10/2025).

     
Lebih lanjut ia mengatakan, kajian lapangan MAPSINU bersama sejumlah sejarawan dan arkeolog menunjukkan bahwa bentuk-bentuk nisan kuno di Surabaya, terutama di kawasan Sunan Ampel, Botoputih, Pesarean Agung Kapasan, Makam Kawatan dan Makam Bungkul, menampilkan corak dan teknik ukiran yang mencerminkan akulturasi antara seni budaya Islam, Jawa, dan peradaban lokal.


Selain itu, tambahnya, beberapa nisan memuat kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an, doa, hingga nama tokoh penyebar Islam yang berperan penting dalam jaringan dakwah pesisir abad ke-15 hingga ke-18. Hal ini memperlihatkan bahwa pernisanan bukan hanya penanda kematian, melainkan prasasti peradaban Islam di pesisir utara Jawa.


“Pernisanan merupakan arsip atau dokumen yang terbuat dari batu merekam nilai-nilai tauhid, ilmu, hubungan kekerabatan dan status sosial masyarakat Muslim terdahulu,” tambah Nurul Yaqin.


Atas dasar itu, MAPSINU menyerukan agar pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat bersinergi dalam: pertama, pendataan dan dokumentasi nisan kuno di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Kedua, konservasi situs makam bersejarah yang memiliki nilai budaya tinggi. Ketiga, penyusunan peta warisan peradaban Islam pesisir Jawa Timur sebagai basis riset dan pendidikan publik.


Langkah ini, kata dia, diharapkan dapat memperkuat posisi Surabaya sebagai kota bersejarah dalam peta Islam Nusantara, sekaligus menjadi laboratorium terbuka bagi generasi muda untuk mempelajari sejarah Islam melalui benda-benda peninggalan yang autentik.


“Menjaga pernisanan berarti menjaga ingatan kolektif bangsa tentang peradaban Islam yang pernah jaya dan berkontribusi besar terhadap identitas Surabaya hari ini,” tutup Nurul Yaqin.


Untuk diketahui, MAPSINU adalah komunitas lintas akademisi, peneliti, dan pegiat sejarah budaya Islam yang berfokus pada pelestarian dan pengkajian sejarah Islam di kawasan Nusantara. MAPSINU berkomitmen memperkenalkan nilai-nilai peradaban Islam melalui riset, publikasi ilmiah, dan kegiatan kebudayaan

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang