Bandung, NU Online
Jihad dalam pengertian bahasa berasal dari akar kata jahd yang bermakna “berusaha sungguh-sungguh dengan mengerahkan segenap kemampuan”. Dalam makna yang lebih luas jihad mempunyai pengertian menanggulangi musuh yang tampak, setan, dan hawa nafsu. Hal ini tercermin dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Hajj ayat 78 yang artinya “Berjuanglah kalian di jalan Allah dengan perjuangan yang sebenar-benarnya,”.
Jihad bermakna luas yakni bersungguh-sungguh dan bekerja keras melakukan kebaikan. Menurut ulama, jihad dapat dimanifestasikan dengan hati, menyebarkan syariat Islam, dialog dan diskusi dalam konteks mencari kebenaran, mempersembahkan karya bagi kemanfaatan Muslimin dan dengan melawan kekafiran. Artinya, jihad dapat dilakukan dengan berbagai cara, bukan hanya dengan mengangkat senjata.
Dalam era kekinian di mana perkembangan teknologi dan informasi di era digital yang menghadirkan ujaran kebencian dan hoaks sebagai tantangan baru bagi masyarakat, maka upaya bersungguh-sungguh mengatasi masalah itu bisa disebut dengan jihad demi kebaikan. Sebab jika dibiarkan, dapat merambat pada masalah kebangsaan yang lebih luas.
“Hari ini bangsa kita sedang menghadapi berbagai persoalan kebangsaan, khususnya narasi keagamaan yang disalahgunakan. Saudara saudara kita mungkin terlalu percaya diri sehingga agama dijadikan alat provokasi, alat kepentingan politik, sehingga ada istilah kapitalisasi agama, yaitu menggunakan agama untuk kepentingan sesaat atau kepentingan misi mereka,” kata Ketua Mahasiswa Ahli Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (MATAN) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Ajid Thohir di Bandung.
Dalam kondisi seperti ini, lanjut Ajid, semua pihak, terutama generasi muda seperti anggota MATAN harus turun tangan untuk amar ma’ruf nahi munkar termasuk dengan berperan aktif menggaungkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin di dunia maya melalui jendela media sosial.
“Kita sebanyak mungkin mendorong anak-anak muda tentang literasi yang sehat. Nah kaum sufi di kalangan ahli tarekat ini sebenarnya diajar tentang kebersihan jiwa, kebersihan pemikiran, perasaan, mudah-mudahan anak-anak MATAN bisa memberikan kontribusi positif dengan melakukan kontra narasi di media maya bagi keutuhan NKRI,” kata Ajid.
Ia menerangkan, anggota MATAN dituntut lebih kreatif dan aktif dalam pencegahan nalar kebencian. "Karena Itu adalah bagian dari jihad. Jihad sekarang seperti ini, amar ma’ruf nahi munkar dengan cara literasi, karena masalahnya ada di literasi negatif itu,” tandas Ajid
“Bangsa kita terdiri dari bersuku-suku, agama, pulau, bahasa. Kalau diterapkan Islam garis keras dikhawatirkan akan terjadi intolerasi Mari kita buktikan bahwa kita adalah bangsa Indonesia yang beridelogikan Pancasila,” tutur Dosen Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.
Sebagai Ketua Matan Jabar, Ajid Thohir mengaku diberi mandat oleh Ketua Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) Habib Luthfi agar MATAN berperan dalam melindungi negeri Indonesia ini dari berbagai ancaman perpecahan, terutama intoleransi.
“Thoriqoh tidak hanya cara meluruskan jiwa pemikiran dan keagamaan tetapi juga sebagai organisasi tempat pengamal thoriqoh yang diwadahi oleh JATMAN untuk para sesepuh dan MATAN untuk mahasiswa sehingga ada regenerasi kelanjutan tentang cara pandang keagamaan dan cara pandang ketatanegaraan sehingga misi yang diemban oleh Wali Songo tentang keagamaan dan kenegaraan sekarang diemban jamaah ahli thoriqoh,” paparnya. (Red: Ahmad Rozali)