Bantul, NU Online
Mendidik anak itu seperti "ngunduh layangan”. Demikian disampaikan KH. Hasan Asy'ari dalam pengajian halal bihal di SMP Ma'arif Imogiri, Bantul, Sabtu (23/7).
Sebuah layang-layang dapat terbang dengan baik jika layang-layangnya bagus, benangnya panjang, ada angin, dan tidak ada yang menghalangi," tegas Kiai Hasan.
"Layang-layang yang baik harus terbuat dari bahan yang bagus dan bagian-bagiannya harus proporsional. Jika tidak, layang-layang tidak akan terbang sehingga perlu diperbaiki dulu," paparnya.
Sebagaimana layang-layang, seorang anak yang melakukan berbagai tindakan menyimpang, juga harus diluruskan. Oleh karena itu, Kiai Hasan tidak setuju jika siswa atau orang tua begitu mudah melaporkan para guru ke pihak berwajib atas proses pendidikan yang dilakukan.
Sebuah layang-layang juga harus memiliki tali yang cukup panjang agar bisa terbang tinggi. Tentang hal ini Kiai Hasan menyampaikan bahwa proses pendidikan itu tidak singkat, para siswa harus melalui sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan seterusnya.
Layang-layang meniscayakan keberadaan angin. Jika tidak ada angin, layang-layang tidak dapat terbang. Sebagaimana layang-layang, dalam proses pendidikan pun demikian. Seorang anak memerlukan dorongan atau motivasi dari berbagai pihak, mulai guru, lingkungan, terutama orang tua.
"Saat ini banyak orang tua yang tidak mengimbangi aspek duniawi dengan aspek akhirat. Banyak orang tua yang selalu menuruti keinginan anak dan perkembangan tren duniawi tetapi abai memperhatikan aspek religiusitas anak. Banyak orang tua yang lebih bangga terhadap kekayaan, ketimbang dimensi akhirat, misalnya kemampuan mengaji anak," papar Kiai dari Piyungan itu.
Selanjutnya, sebuah layang-layang tidak dapat terbang dengan baik jika mendapatkan rintangan dari layang-layang lain atau berbagai aspek lain. Gangguan saat ini berbentuk banyak hal, misalnya teknologi. Kiai Hasan mengingatkan, bahwa selain membantu kehidupan manusia, teknologi memiliki banyak dampak negatif. Oleh karena itu, orang tua harus hati-hati.
Lebih lanjut, Kiai Hasan menyampaikan bahwa tanggung jawab pendidikan itu sesungguhnya merupakan tanggung jawab bersama. Umat Islam harus bersatu dan saling membantu.
"Orang Islam itu seperti tubuh manusia, jika ada yang bermasalah, bagian lain tentulah akan ikut merasakan dan melakukan berbagai tindakan yang dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut," urainya.
Acara halal bihalal dilangsungkan di halaman SMP Ma'arif Imogiri. Ketua Panitia As'ari menyampaikan bahwa panitia mengundang seluruh guru dan karyawan SMP Ma'arif Imogiri, para mantan guru dan mantan kepala sekolah, para pejabat terkait, sekolah/madrasah sekitar, para orang tua/wali siswa, serta pelajar IPNU-IPPNU Kecamatan Imogiri.
Pada kesempatan itu, disosialisasikan pula berbagai perubahan yang akan dilakukan di SMP Maa'rif Imogiri.
"Kita akan melakukan tindakan pendisiplinan dalam penyelenggaraan lembaga, pendisiplinan tersebut dilakukan terhadap seluruh unsur, mulai pendidik dan tenaga kepenidikan sampai siswa," ujar Plh Kepala SMP Ma'rif Imogiri, Masruhi.
Masruhi menilai, dengan adanya pendisiplinan, dirinya berharap citra SMP Ma’arif Imogiri yang sempat menurun akan kembali dipulihkan. Selain itu, Masruhi juga menyampaikan idenya menjadikan SMP Ma'arif sebagai sekolah boarding.
"Saya akan membuka kesempatan kepada para siswa yang ingin belajar agama lebih intensif dengan cara mondok di sini," tawarnya.
Acara halal bihalal yang berlangsung pukul 09.00-11.30 WIB tersebut diakhiri dengan doa bersama dipimpin oleh KH Hasan Asy'ari. (Sabjan Badio/Mukafi Niam)