Daerah

Mengenal Motif Batik Le-Jeleh dan Pamelingan Pamekasan

Jumat, 6 Oktober 2023 | 09:00 WIB

Mengenal Motif Batik Le-Jeleh dan Pamelingan Pamekasan

Motif batik Le-Jeleh di Pamekasan Jawa Timur (Foto: istimewa)

Pamekasan, NU Online 
Di Pulau Madura, ada salah satu kabupaten yang dinobatkan sebagai Kota Batik, yakni Kabupaten Pamekasan. Hampir di seluruh kecamatan dan desa di Pamekasan terdapat banyak pengrajin batik yang berjibaku melukis kain dengan canting. Di era modern ini, ada salah satu motif batik yang ngetren bagi kalangan milenial dan sering dijadikan fesyen oleh para model cantik, yakni motif Le-Jeleh dan Pamelingan.

 

Abd Samad salah satu pembuat motif mengatakan, produk unggulan di Desa Toronan, Kecamatan Kota, Pamekasan adalah motif Le-Jeleh (Jaring). Ia menjelaskan, motif ini memiliki makna sakral, yakni, motif yang mirip jaring itu diibaratkan seorang nelayan yang ingin menangkap ikan dengan hasil banyak. Untuk mendapatkannya, mereka harus menebar Jeleh (Jala Ikan).


"Dari filosofi itulah motif batik Le-Jeleh ini tercipta. Inilah produk unggulan kami di batik Kade Pamekasan, Jawa Timur," ujar pria asal Dusun Gunung 1, Desa Larangan Badung, Palengaan, Pamekasan itu.

 

Makna lain dijuluki Le-Jeleh, lanjutnya, warga yang berjualan batik bisa mendapatkan keuntungan yang berlimpah dan keberkahan. Bagaimana pun warga Madura yang dikenal dengan kepribadiannya yang pekerja keras, rezekinya tidak hanya diperoleh dari hasil bumi yang melimpah ruah kendati tanahnya gersang. Ada pula warga nelayan meraup rezeki yang rela a bental ombak asapok angen atau berbantal ombak lautan dan berselimut angin laut.

 

Alumnus Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata ini menjelaskan, bahan batik Le-Jeleh dari kain kereta kencana. Proses pewarnaannya dibantu dengan fiksasi. Disebutkan, ada tiga jenis bahan fiksasi yang dipakai dalam proses pewarnaan batik tersebut. Yaitu, kapur yang digunakan untuk pewarna muda atau terang, tawas untuk memperoleh warna dasar atau asal, dan bahan tunjung agar menghasilkan warna lebih tua.  

 

"Selain itu, saya memakai pewarna alami. Batik jenis ini tidak menolak pemakaian pewarna sintetis, zat warna napthol dan zat warna indigosol. Proses pewarnaannya melalui tiga kali pengerjaan. Campuran bahan-bahan tersebut dapat menempel kuat pada kain, sehingga batik Desa Toronan dikenal sebagai batik yang warnanya tidak mudah luntur seperti batik Le-Jeleh," ucapnya kepada NU Online, Jumat (6/10/2023).


Pria yang pernah nyantri di Pondok Pesantren Al-Inaroh Kemuning, Jenggawah, Jember ini baru saja meluncurkan motif batik baru yang diberi nama Pamelingan. Salah satu ciri khasnya adalah terdapat gambar keris kecil dan Pendopo Ronggo Sukowati yang menandakan awal mula Pamekasan berdiri. Jadi, penyematan nama itu terinspirasi dari nama kerajaan pertama di Pamekasan di masa lalu.


Sejarah Pamelingan
Ia menceritakan, Pamekasan sebelumnya disebut Pamelingan yang dipimpin oleh Raja Ki Wonorono, keturunan Raja Majapahit Wikramawardha (1389-1429). Pamelingan memerdekakan diri saat Majapahit runtuh sekitar tahun 1478. Pemerintahannya dipimpin oleh Ki Wonorono, kemudian dilanjutkan oleh putrinya Nyi Banu (Ratu Pamelingan). Tongkat estafet kerajaan jatuh pada putranya Pangeran Bonorogo (Nugroho). Lalu dilanjutkan oleh putranya, Raden Aryo Seno (Pangeran Ronggo Sukowati).


Berdasarkan sejarah, Islam masuk ke Pamelingan pada masa Walisongo. Orang yang menyebarkannya pertama kali adalah Aryo Menak Senoyo yang kala itu membuka wilayah Parupuh (kini Kecamatan Proppo). Pada tahun 1515 berdirilah Pondok Pesantren Sombher Anyar Tlanakan yang dipimpin Kiai Syuber yang juga berprofesi sebagai tenaga pendidik di kerajaan sehingga dikenal dengan Kiai Ratoh.

 

Dinobatkannya sebagai Pengeran Ronggo Sukowati sebagai raja, wilayah ini dikenal Pamekasan. Sesuai semboyan Mekkas Jatna Paksa Jenneng Dibi’ yang artinya pesan untuk memerintah dengan kemampuan sendiri. Terdaulatnya Pangeran Ronggo Sukowati pada 12 Rabiul Awal 937 (3/11/1530), ditetapkanlah sebagai Hari Jadi Kabupaten Pamekasan (sesuai Perda 17 tahun 2004).


"Ronggo Sukowati adalah raja pertama yang memeluk Islam. Wilayah kekuasaannya pada waktu itu terdiri dari wilayah Jamburingi (daerah Proppo) diperintah oleh Pangeran Mertosari (kerabat raja) dan wilayah Lambang Lor (daerah Kecamatan Blumbungan sampai Pakong) diperintah oleh Pangeran Nurogo (adik raja)," tandasnya.