Sebagai organisasi sosial, NU tentu non profit. Karenanya, pengurus NU di segenap tingkatan, mulai dari Ranting hingga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, tidak diberi honor. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Jember, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi keagamaan yang didirikan oleh para ulama. Bergabung dan mengabdi di NU berarti meneruskan jejak perjuangan para ulama dalam menebar Islam ala Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja).
Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Arjasa, Kabupaten Jember Jawa Timur, H Muhammad Arifin mengatakan itu saat memberikan tausiyah dalam acara istigotsah dan lailatul ijtima di Gedung Serbaguna Balai Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa, Jember Jumat (2/10) malam.
Menurut H Arifin, niat meneruskan perjuangan para ulama harus menjadi dasar pengurus dan warga NU dalam berkhidmah di NU. Jika motivasinya meneruskan maka konsekuensinya adalah bekerja dan memenuhi tugas organisasi harus sesuai dengan niat mulia para pendiri NU, yaitu semata-mata demi tegaknya ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja).
"Kita sedikit pun tidak boleh menyimpang dai garis perjuangan para ulama, karena posisi kita adalah penerus, melanjutkan perjuangan para ulama, dan ulama adalah pewaris para nabi," ucapnya.
Sebagai organisasi sosial, NU tentu non profit. Karenanya, pengurus NU di segenap tingkatan, mulai dari Ranting hingga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, tidak diberi honor. Pengurus NU mendapat honor berupa pahala. Sebab, kerja mereka memang murni dakwah melalui wadah yang disebut NU.
"Kita hanya berharap kelak bisa dikumpulkan bersama para pendiri NU seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Kholil Bangkalan, KH Wahab Chasbullah, dan sebagainya," tutur H Arifin.
Walaupun tidak ada honor, tetapi semangat pengurus NU tak boleh kendor untuk tetap berjuang membenahi diri dan masyarakat, menegakkan keadilan, membangun toleransi dan sebagainya, yang semuanya terangkum dalam konsep Islam rahmatal lil’alami.
"Mari kita tetap berjuang sesuai posisi kita. Di manapun kita berada dan sesulit apapun, kita tetap semangat untuk berkhidmah di NU," harapnya.
Sementara itu, Sekretaris Ranting NU Kemuning Lor I, Kecamatan Arjasa, Agus Zainudin mengungkapkan pentingnya tokoh-tokoh pendiri NU lebih masif dikenalkan kepada masyarakat, khususnya para remaja. Sebab saat ini nama-nama tokoh NU sudah mulai tenggelam di kalangan remaja, kecuali mereka yang pendidikannya ditempuh di pesantren atau lembaga pendidikan Islam lainnya.
"Kalau mereka paham siapa itu Mbah Hasyim Asy’ari, siapa Mbah Wahab, Mbah Kholil, Kiai As’ad Syamsul Arifin dan sebagainya, mungkin mereka terinspirasi untuk menjadikan ulama itu sebagai idola," pungkasnya.
Acara yang digelar oleh Ranting NU Kemuning Lor I itu dihadiri oleh semua pengurus tanfidziyah dan syuriyah. Ranting tersebut sejauh ini tergolong istikamah menggelar lailatul ijtima dan istigotsah di wilayahnya.
Desa Kemuning Lor mempunyai empat dusun. Tiga dusun di antaranya berada di bawah binaan Ranting NU Kemuning Lor I. Ketiga dusun itu adalah Rayap, Darungan, dan Kopang Kebun. Bukan dusun biasa, karena letaknya cukup terpencil, harus naik turun ngarai karena desa tersebut memang berada di kaki Gunung Argopuro.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua