Ning Hafshah Lirboyo Ungkap Pentingnya Rasm Utsmani untuk Mushaf Al-Qur’an
Rabu, 5 Oktober 2022 | 08:00 WIB
Afina Izzati
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rasm Utsmani adalah tulisan mushaf Al-Qur’an yang disepakati para sahabat di zaman pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan. Mengenai sejarahnya, Ustadzah Hafshah al-Ahla mengungkapkan bahwa sebenarnya penulisan rasm Usmani di zaman khalifah Utsman bin Affan tidak terdapat tanda baca atau harakat.
“Adanya harakat fathah, dhammah, dan kasrah itu setelah zaman Khalifah Utsman. Baru kemudian kita mengenal dhabt (tanda baca) adanya perombakan besar dimulai pada masa ulama Kholil bin Ahmad al-Farahidi,” tuturnya dalam YouTube NU Online, Selasa (4/10/2022).
Menurut Ning Hafshah, tidak adanya harakat ataupun titik di dalam Al-Qur’an terdahulu dikarenakan saat itu tidak dibutuhkan. Para sahabat ketika membaca Al-Qur’an tanpa titik dan harakah tidak pernah salah. Karena mereka adalah insan pilihan sehingga membaca dan menghafalkannya pun sudah jelas benarnya.
Namun, lanjut dia, seiring berjalannya waktu banyak orang non Arab yang masuk Islam juga ingin membaca Al-Qur’an. Tetapi, tidak bisa karena tidak adanya titik dan harakat. Oleh karena itu, para tabi’in berinisiatif menambahkan harakat, titik, dan lain sebagainya.
“Al-Qur’an memiliki banyak macam jenisnya. Kita pernah mendengar tentang mushaf standar Indonesia, mushaf Bahriyah, mushaf Turki, dan mushaf Maghribi. Tapi, kalau yang direkomendasikan guru saya adalah mushaf rasm Utsmani cetakan Madinah. Tulisan dan waqaf-waqafnya lebih rapi,” ungkapnya.
Ning Hafshah menuturkan bahwa tanda-tanda Al Qur’an dengan rasm utsmani adalah lafadz Allah tidak ada tanda alif dan hamzah washal tidak diharakati, kemudian tanwin ketemu hamzah washal tidak terdapat huruf nun kecil seperti di dalam surat al-Fatihah.
Putri Pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri KH Abdullah Kafabihi Mahrus ini mengingatkan bahwa dalam menggunakan rasm utsmani harus diperjuangkan untuk digunakan. Karena sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan para sahabat yang telah melalui sejarah panjang. Dimulai dari terjadinya perselisihan antara dua orang.
Diceritakan, ada seseorang dari Armenia dan orang Azerbaijan yang keduanya disatukan dan ditaklukkan oleh Khalifah Utsman bin Affan. Namun, nyatanya ketika ditaklukkan bukannya akur. Justru mereka berselisih terkait bacaan Al-Qur’an-nya. Perselisihan ini tidak main-main hingga muncul keinginan saling membunuh.
Oleh karena itu, banyak yang mengusulkan termasuk salah seorang sahabat bernama Khudzaifah al-Yamani yang menemui Khalifah Utsman untuk mengutarakan agar Al-Qur’an dijadikan satu model bacaan dan tulisan saja.
“Barulah pada saat itu, Khalifah Utsman membuat kepanitiaan penulisan Al-Qur’an. Anggotanya adalah para sahabat yang hafal Al-Qur’an dan memiliki tulisan Al Qur’an,” tuturnya.
Baca Juga
Metode Kodifikasi Mushaf Abu Bakar RA
“Al-Qur’an diturunkan dengan hafalan, bukan dengan tulisan. Tapi, karena para sahabat ingin mendapat keberkahan Al-Qur’an, maka mereka menulisnya,” pungkas Ning Hafshah.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua