Daerah BANJIR SUMATRA

NU Aceh Lakukan Pemulihan di Aceh Tamiang, Salurkan Bantuan Sumur Bor dan Pembersihan Tempat Ibadah

NU Online  ·  Senin, 29 Desember 2025 | 08:30 WIB

NU Aceh Lakukan Pemulihan di Aceh Tamiang, Salurkan Bantuan Sumur Bor dan Pembersihan Tempat Ibadah

Sejumlah warga di Aceh Tamiang di tengah reruntuhan bangunan tempat tinggal imbas banjir bandang, 24 Desember 2025. (Foto: NU Online/Helmi Abu Bakar)

Aceh Tamiang, NU Online

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Aceh terus memaksimalkan peran kemanusiaan dalam pemulihan pascabanjir bandang dan longsor yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang sejak akhir November 2025.

 

Selain pembersihan rumah ibadah dan lembaga pendidikan, PWNU Aceh memprioritaskan penyediaan akses air bersih melalui pembangunan sumur bor, menyusul belum normalnya layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) hingga lebih dari satu bulan pascabencana.


Rais Syuriyah PCNU Aceh Tamiang, Tgk. Mustafa, mengatakan krisis air bersih menjadi kendala utama dalam proses pemulihan. Ketiadaan air bersih tidak hanya menyulitkan aktivitas harian warga, tetapi juga menghambat pembersihan masjid, dayah, dan sekolah yang terdampak lumpur serta material banjir.


“PDAM sudah lebih dari satu bulan belum berfungsi. Ini menjadi kendala utama dalam pembersihan masjid dan dayah. Karena itu, kebutuhan paling mendesak saat ini adalah air bersih. PWNU Aceh akan menyalurkan bantuan berupa sumur bor,” ujar Tgk. Mustafa, Sabtu (27/12/2025).


Ia menjelaskan, banyak tempat ibadah dan lembaga pendidikan Islam mengalami kerusakan cukup parah akibat terjangan banjir bandang. Lumpur tebal masih menutupi lantai masjid, meunasah, dan ruang-ruang belajar di sejumlah dayah. Tanpa pasokan air bersih yang memadai, proses pembersihan tidak dapat dilakukan secara optimal.


Hal senada disampaikan Ketua PCNU Aceh Tamiang, H. Mirza Effendi. Menurutnya, Nahdlatul Ulama di semua tingkatan bergerak dengan semangat khidmah untuk menjawab kebutuhan riil masyarakat pascabencana.


“Pembersihan tempat ibadah dan sekolah menjadi prioritas awal. Selain itu, kami juga memikirkan kebutuhan tempat tinggal bagi warga yang kehilangan rumah. Semua ini tentu membutuhkan sinergi dan dukungan banyak pihak,” katanya.


Mirza mengapresiasi langkah PWNU Aceh yang memilih bantuan berbasis kebutuhan jangka menengah dan panjang, seperti sumur bor, bukan semata bantuan konsumtif. Ia menilai, ketersediaan air bersih akan berdampak luas, mulai dari kesehatan masyarakat hingga pemulihan aktivitas pendidikan dan ibadah.


Ketua PWNU Aceh, Tgk. H. Faisal Ali yang akrab disapa Abu Sibreh, menegaskan bahwa NU hadir di tengah masyarakat tidak hanya pada masa tanggap darurat, tetapi juga dalam fase pemulihan pascabencana.


“Air bersih adalah kebutuhan dasar. Tanpa air, sulit membersihkan masjid, dayah, dan sekolah. Sulit pula memulihkan kehidupan warga. Karena itu, PWNU Aceh memutuskan bantuan sumur bor sebagai ikhtiar konkret untuk mempercepat pemulihan,” ujar Abu Sibreh.


Menurutnya, NU memandang pemulihan pascabencana tidak hanya sebagai persoalan fisik, tetapi juga spiritual. Masjid dan dayah harus segera difungsikan kembali agar denyut ibadah, pendidikan, dan penguatan mental masyarakat dapat berjalan normal.


“Membersihkan masjid dan dayah berarti memulihkan pusat kehidupan umat. Di sanalah doa, zikir, dan pendidikan akhlak terus hidup, terutama setelah masyarakat diuji dengan musibah,” tambahnya.


Selain penyediaan sumur bor, PWNU Aceh bersama PCNU Aceh Tamiang juga terus mendorong pembersihan fasilitas umum, pendampingan warga terdampak, serta penguatan solidaritas sosial. NU, kata Abu Sibreh, akan terus bersinergi dengan berbagai elemen, termasuk pemerintah dan lembaga kemanusiaan, agar proses pemulihan berjalan lebih cepat dan merata.

 

===========

Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang