Daerah PEDULI COVID-19

NU Pekalongan Harap PBNU Perhatikan Pengusaha Nahdliyin

Jumat, 5 Juni 2020 | 13:15 WIB

NU Pekalongan Harap PBNU Perhatikan Pengusaha Nahdliyin

Galeri Batik Faaro Pekalongan alami penurunan produksi hingga 80% di tengah pandemi Covid-19. (Foto: NU Online/Abdul Muiz)

Pekalongan, NU Online
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan H Muhtarom berharap kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) lebih peduli dan perhatian terhadap para pengusaha Nahdliyin yang terdampak Covid-19.


"Saat bencana wabah pandemi Covid-19 beberapa bulan yang lalu hingga kini, pengusaha nahdliyin, khususnya pengusaha batik di Kota Pekalongan, mengalami kesulitan untuk menjual produk batik. Sebab, banyak penerima produk batik pilih tutup," ujarnya kepada NU Online, Jumat (5/6).


Dikatakan, selain kesulitan menjual pruduknya, pengusaha batik yang mayoritas warga NU juga kesulitan memperoleh bahan baku. Karena pabrik-pabrik kain memilih tutup untuk sementara waktu.


"Dalam kondisi seperti ini, perlu ada campur tangan PBNU melalui lembaga perekonomian atau Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) untuk mencari solusinya agar perekonomian khususnya di sektor batik tetap bisa jalan," ungkapnya.


H Muhtarom yang juga pemilik Galeri Batik Faaro menyampaikan, saat ini yang bisa dilakukan ialah melakukan penjualan secara dalam jaringan atau daring (online) meski tidak seramai jika melakukan secara luar jaringan atau luring (offline).


"Produk batik saat ini tidak bisa dijual dan mengalami penurunan hingga 80% dari kondisi normal. Tentu saja ini sangat berpengaruh terhadap produksi, karyawan, bahan, dan lain-lain," terangnya.


Menurut Muhtarom, inilah kesempatan PBNU mengambil peran terdepan tampil sigap bukan hanya dalam hal teknis pragmatis seperti mengawal pemberlakuan protokol kesehatan dan pembagian sembako.


Akan tetapi, juga harus terdepan dalam hal strategis seperti antisipasi krisis ekonomi, pendidikan, pertahanan keamanan, ketahanan pangan, dan masalah masalah sosial lainnya.


"PBNU harus segera melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi di dunia dan apa dampak bagi masyarakat Indonesia. Kaum Nahdliyin di bawah sangat menunggu arahan dan kebijakan PBNU di bidang ekonomi dan pangan. Karena kita belum tahu kapan pandemi Covid-19 ini berhenti," tegasnya.


Saat ini, lanjutnya, PCNU Kota Pekalongan dihadapkan pada persoalan baru, yakni pasang air laut yang berakibat 'rob' di hampir sebagian besar wilayah di Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pekalongan Utara sejak seminggu terakhir.


"Kami sedang menerjunkan tim NU peduli untuk membantu masyarakat terdampak rob dengan mendirikan dapur umum yang dimotori LPBINU dan LAZISNU Kota Pekalongan untuk mensuplai makanan dan membantu evakuasi warga," jelasnya.


Hal yang sama juga dirasakan pengusaha konveksi baju koko dan hem untuk disuplai ke mal-mal besar di Surabaya dan Medan. Menurunnya produksi yang rata-rata hingga 70% sangat berpengaruh bagi keberlangsungan usahanya.


"Saat ini kami hanya bisa pasrah melihat kondisi pasar yang ada, hal ini karena mal-mal langganan kami masih tutup, sehingga produksi hem dan koko tidak bisa kami kirim," ucap pemilik Chusma Grup Chusnul Mahrom ini.


Pewarta: Abdul Muiz
Editor: Musthofa Asrori