Purbalingga, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Purbalingga melaksanakan Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab). Kegiatan dipusatkan di Pondok Pesantren Minhajut Tholabah, Kembangan, Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah sejak Sabtu hingga Ahad (20-21/7).
Dalam sambutan pembukanya, Ketua PCNU Kabupaten Purbalingga, KH Ahmad Muhdzir menyampaikan pentingnya tata kelola organisasi dan persoalan keumatan. Hal tersebut perlu dirumuskan dengan baik dalam musyawarah kerja.
"Ada titik fokus yang harus kita bahas, yaitu bagaimana tata kelola organisasi dapat berjalan dengan baik. Harapan kami dari musyawarah kerja ini akan melahirkan program kerja yang membawa kemanfaatan bagi warga NU khususnya dan masyarakat Purbalingga pada umumnya," ungkapnya.
Selain itu, menurut dia, Muskercab merupakan kesempatan untuk membuat peta mengenai langkah strategis yang mesti ditempuh, baik dalam jangka pendek, menengah maupun dalam jangka panjang.
"Untuk itu kami berharap kepada seluruh jajaran PCNU, beserta lembaga dan Banomnya, beserta dukungan jajaran pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) dan stakeholder yang ada untuk senantiasa membangun komitmen kebersamaan yang berorientasi pada urusan keumatan," tegasnya.
Selanjutnya dirinya berharap kepada pemerintah daerah untuk senantiasa bisa membangun komunikasi dalam menentukan kebijakan yang membawa kemaslahatan bagi warga masyarakat.
Sementara, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah Mohammad Muzammil mengingatkan bahwa NU sebagai organisasi keagamaan yang secara tegas memperjuangkan nilai ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) an-Nahdliyah.
"NU ini memiliki akidah, fikrah, amaliah dan harakah. Hal ini dikembangkan dari ajaran Nabi tentang iman, Islam dan ihsan, yang kini telah berkembang dalam disiplin keilmuan, baik tauhid, fiqh, tasawuf, dan berbagai macam ilmu alat yang mendukungnya, seperti nahwu, sharaf, balaghah, dan seterusnya," ucapnya saat sambutan.
Lebih lanjut Kiai Muzammil menjelaskan bahwa Aswaja an-Nahdliyah sebagai manhaj jalan tengah (tawasuth) sebagai bagian dari karakter Aswaja yang memecah ketegangan teologi ektrem yang muncul kala itu.
Aswaja muncul sebagai jalan tengah atau manhaj at-tawasuth dari kalangan yang menitikberatkan pada akal seperti ahlu al-ra'yu, dan di lain sisi terdapat kalangan yang hanya menitik beratkan pada wahyu atau ahlu al-hadits.
Kiai Muzammil berpesan tentang pentingnya bermadzhab kepada imam madzhab yang muktabarah, yang silsilah keguruan atau sanadnya bersambung hingga Rasulullah SAW sebagai sandaran keilmuan yang dapat dipertanggung jawabkan.
"Hal inilah yang dilanjutkan oleh Hadratus Syaikh KH M Hasyim Asy'ari dalam kitab Irsyadusy Syari dan kitab-kitab tulisan beliau," terangnya.
Di akhir sambutan, Kiai Muzammil juga berpesan untuk memegang teguh prinsip keNUan sebagaimana yang telah diajarkan pendiri. "Tugas kita sekarang adalah pertama, al-ma'rifatu bi Nahdlatul Ulama, memahami ilmu-ilmu dari ulama al-salaf al-shalih,” katanya.
Sedangkan kedua, atsiqah bi Nahdlatul Ulama, yakin terhadap ilmu-ilmu tersebut. “Ketiga, mengamalkan ilmu-ilmu itu dan keempat berjuang bersama NU, dan kelima bersabar di dalam NU, karena mencari ilmu dengan tekun dan selama hidup," tuturnya.
Hadir pada kegiatan ini Bupati Purbalingga, Diyah Hayuning Pratiwi, jajaran Forkominda, dan sejumlah tokoh masyarakat. (Rifqi Hidayat/Ibnu Nawawi )