Rektor IAIN Jember sekaligus A’wan Syuriyah PWNU Jawa Timur, H Babun Suharto. (Foto: NU Online/Aryudi AR)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Untung ada media sosial (medsos). Jika tiada medsos, mungkin Lebaran kali ini benar-benar sunyi, hanya berdiam diri di rumah menahan rindu untuk bertemu sanak famili, dan tak ada ucapan selamat hari Idul Fitri berseliweran di udara. Namun karena ada medsos, suasana Lebaran masih ramai. Kerinduan pada sahabat dan sanak famili masih bisa sedikit terobati dengan berkirim pesan, foto dan sebagainya lewat medsos.
“Itulah salah satu manfaat dari keberadaan medsos,” ucap Rektor IAIN Jember, H Babun Suharto kepada NU Online di kediamannya, Perumahan Surya Milenia, Jember, Jawa Timur, Senin (25/5).
Menurut H Babun, open house dan tradisi silaturrahim saat Lebaran sudah menyatu di tengah-tengah masyarakat. Tapi karena protokol kesehatan menganjurkan physical distancing, maka tradisi silaturrahim bisa ganti dengan ‘ucapan selamat’ lewat medsos. Dikatakannya, saat silaturrahim fisik terhalang, maka medsos menjadi saluran alternatif agar tradisi tersebut tidak tersumbat.
“Ucapan dan permintaan saling memaafkan bisa lewat WA, IG, Facebook dan sebagainya,” ungkapnya.
A’wan Syuriyah PWNU Jawa Timur itu menambahkan, setahun yang lalu saat Lebaran 1440 H., pernah muncul kekhawatiran terhadap lunturnya tradisi saling mengunjungi di tengah-tengah masyarakat. Sebab, katanya, ada kecenderungan masyarakat, terutama anak muda hanya bersilaturrahim lewat gawai. Namun kenyataannya, saat ini silaturrahim via gawai, justru dianjurkan akibat dampak Covid-19.
“Mudah-mudahan ini terjadi hanya sekarang ini karena ada Covid-19. Selanjutnya diharapkan (setelah Covid-19 habis), tradisi saling mengujungi digalakkan lagi karena bagaimanapun itu lebih mantap dan lebih mengena,” urainya.
Di tempat terpisah, Ketua Pimpinan Cabang ISNU Jember, H Hobri Aliwafa menegaskan, fungsi medsos dan kecanggihan teknologi informasi saat ini benar-benar terasa. Tidak hanya sebatas WA-an, tapi gawai juga bermanfaat untuk acara-acara ilmiah, rapat dan sebagainya yang digelar secara jarak jauh untuk menjaga physical distancing.
“Jadi saat ada hambatan di satu sisi, maka ada jalan keluar di sisi lain. Bertemu orang ‘tidak boleh’ maka kita bisa berinteraksi, bahkan menggelar acara dengan menggunakan fasilitas (aplikasi) ada,” jelasnya.
Dosen Pascasarjana pendidikan matematika Universitas Jember itu menyatakan mendukung masyarakat untuk bersilaturrahim via gawai, dan sejenisya dalam kondisi seperti ini. Menurutnya, untuk mengerem laju penyebaran Covid-19 butuh kerja sama dan keterlibatan semua pihak, termasuk masyarakat umum.
“Pemerintah punya tugas, masyarakat juga punya tugas, yaitu disiplin, mematuhi protokol kesehatan, dan sebagainya,” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua