Kesehatan

Makan Bergizi Gratis, Pemerintah Usulkan Ikan Kaleng, Apakah Gizinya Baik?

Kamis, 14 November 2024 | 15:00 WIB

Makan Bergizi Gratis, Pemerintah Usulkan Ikan Kaleng, Apakah Gizinya Baik?

Ahli Gizi, A. Fahmy Arif Tsani. (Foto: undip.ac.id)

Jakarta, NU Online

Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) belakangan ramai mengusulkan wacana ikan kaleng sebagai pengganti ikan segar dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sebelumnya diwacanakan pula susu ikan sebagai pengganti susu sapi.


Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Budi Sulistyo beralasan, ikan kaleng memiliki kandungan protein yang mencukupi, tahan lama dan mudah untuk didistribusikan. Dibandingkan dengan ikan segar yang masih sulit didapat jika daerahnya jauh dari pesisir.

 

Terkait itu, Pengurus Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) A. Fahmy Arif Tsani menjelaskan, memang kelebihan ikan kaleng itu ketika diusulkan jadi program makan bergizi gratis, akses distribusi lebih mudah, menyeluruh, dan daya tahan dari ikan kaleng tahan lama," ujar Fahmi saat dihubungi NU Online, Kamis (14/11/2024).


"Makanan kaleng apapun itu jenis makanannya daya jangkau lebih merata, menyeluruh sampai terperosok di bagian negara kita, bisa disediakan ritel, toko, market, berbeda jika ikan segar yang hanya di dapatkan di daerah dekat pesisir," imbuhnya.


Terlebih lagi lanjutnya, ia mengatakan ikan dalam bentuk kaleng lebih awet dan tahan lama, karena sudah melalui proses pengawetan sehingga umur ikan lebih panjang dan masyarakat bisa mengkonsumsi lebih dari sehari, lain hal dengan ikan segar jika tidak bisa bertahan lama.

 

Kandungan gizi ikan segar lebih tinggi

Pria yang merupakan dosen di Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang itu menerangkan sebenarnya tidak ada perbedaan kandungan gizi yang signifikan antara ikan kaleng dan ikan segar. Namun, ia mengakui bahwa kualitas ikan segar kandungan gizinya jauh lebih tinggi, karena tidak terkontaminasi bahan campuran.


"Ikan kaleng karena tujuannya supaya awet, tentu sudah melewati proses percampuran bahan pengawet seperti gula, minyak dan garam. Ikan kaleng juga sudah melewati proses dimasak dengan suhu tinggi, sehingga beberapa kandungan gizi rusak namun hanya sebagian saja, sedangkan ikan segar yang langsung dari laut gizinya masih murni tidak tercampur zat atau bahan lain," terang Fahmi.


Menurutnya, kandungan yang terdapat dari kemasan ikan kaleng yang sudah diawetkan ini kurang bagus, karena tambahan minyak, kandungan lemak tinggi, gula, garam yang seharusnya dibatasi, ini menjadi kurang sehat karena ikan kaleng kalorinnya semakin tinggi.


"Minyak dan garam sebetulnya dibatasi, karena bisa akibatkan kalori semakin tinggi. Ikan itu kan sudah tinggi proteinnya, omega3-nya, kalsium, vitamin D, kalium, selenium, dan ketika diawetkan dalam bentuk kaleng ditambah minyak, gula, garam akan menurunkan kualitasnya," tegas Fahmi.


Jadi, kata Fahmi, jelas makanan segar lebih sehat kandungan gizinya. Karena ikan segar kandungan gizi masih alami, belum ada perubahan dan nyata dan campuran bahan yang siginifikan.

 

Ikan segar, kata dia, belum melewati proses pemanasan, kalau makanan awetan sudah melawati proses pencampuran dan menambahkan tambahan kandungan yang kontra produktif dengan kesehatan yang seharusnya dibatasi malah justru ditambahkan, tutupnya.


Apakah Ikan Kaleng Aman? Fahmi menjawab, tergantung dari prosesnya apakah ditambah ada zat lain yang tercampur, kemudian terkait keamanan karena isu lain makanan itu ketika kemasan rawan rusak atau penyok, maka akan sangat rawan terjadi terkontaminasi bakteri, mikroorganisme, klostrodium protonium. "Alih-alih dapat zat gizi malah dapat racun," kata dia.


Dalam memilih makanan kaleng, Fahmi memberikan tiga tips. Pertama, selalu baca dengan cermat, komposisi, kandungan gizi, sehingga dari sana kita bisa lihat kesehatannya.

 

Kedua, pilihlah minyak dan garam yang lebih rendah dari produk ikan kaleng atau sejenis yang lain. Ketiga, pilih kemasan yang bagus, tidak penyok supaya terhindar dari kemasukan bakteri.