Daerah

Pelajaran Mandiri dari Nabi Muhammad dan Tokoh NU

Ahad, 10 Desember 2017 | 19:32 WIB

Tasikmalaya, NU Online 
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Hasan Nuri Hidayatullah mengatakan, Rabiul Awal merupakan bulan kelahiran Rasulullah Muhammad SAW. Kelahiran Nabi akhir zaman itu sejatinya ditimba sebagai pelajaran untuk kemandirian. 

Karena, menurut dia, Rasulullah Muhammad SAW dilahirkan dalam kondisi tidak berayah. Para ulama sepakat kondisi itu agar Nabi, setelah dewasa, ketika mempunyai permasalahan, tidak mengadu kepada ayahnya, melainkan kepada Tuhannya. 

“Jadi, artinya salah satu hikmah Maulid ini adalah kemandirian untuk pribadi dan untuk umum,” jelasanya ketika menghadiri Rapat Koordinasi PCNU Tasikmalaya di aula PCNU, Sabtu (9/12). 

Masih soal kemandirian, kiai asal Karawang itu mengatakan, ada peristiwa yang terjadi di antara tokoh pendiri NU yang patut ditiru oleh pengurus NU di mana pun, termasuk di Jawa Barat. 

Menurut dia, setelah NU didirikan di Surabaya pada 31 Januari 1926, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari memanggil KH Ridwan Abdullah untuk membuat logo. Kiai Ridwan menyanggupi. Salah satu upaya membuat logo itu adalah mencari petunjuk lewat istikharah. Setelah logo itu jadi, ia serahkan kepada Kiai Hasyim.

Saat diserahkan, Kiai Hasyim memerintahkan dua hal kepada Kiai Ridwan, yaitu meminta pendapat tentang logo kepada KH Hasan Nawawi. Kedua, meminta KH Hasan Nawawi untuk menjadi pengurus NU.

Kiai Ridwan pun melaksanakan perintah itu. Saat ditemui, KH Nawawi berpendapat, jika logo itu bagus menurut Kiai Hasyim, maka bagus juga menurutnya. Tentang menjadi pengurus NU, ia juga bersedia asalkan para pengurusnya bersedia urunan (iuran) sebagai modal perjuangan.

“Ini adalah pesan KH Hasan Nawawi kepada kita untuk mandiri. Pengurus NU harus belajar urunan minimal tiap bulan. Betul pesan Kiai Hasan ini,” kata kiai yang akrab disapa Gus Hasan itu.  

Di PWNU Jawa Barat, lanjutnya, ia mengajak pengurus untuk iuran, walaupun yang mengikuti masih 10% dari jumlah seluruh pengurus yang ada. Namun demikian, ternyata dalam satu tahun  telah terkumpul Rp 195 juta.

“Dan akan dibuka ketika beres masa khidmah sekarang untuk diberikan sebagai bekal kepada pengurus Wilayah NU selanjutnya,” pungkasnya. (Husni Mubarok/Abdullah Alawi)