Semarang, NU Online
Sudah tidak diragukan lagi, masyarakat Indonesia banyak yang mengaku menjadi murid dari KH Maimoen Zubair atau yang akrab disapa Mbah Moen. Oleh karena itu, mulai Mbah Moen wafat, di berbagai daerah, termasuk di Masjid An-Nahdhah, Lt. I gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jl. Kramat Raya 164, Jakarta.
Hingga pada saat memperingati 40 hari wafatnya ulama sepuh yang menjadi mustasyar PBNU tersebut, juga digelar di berbagai tempat. Satu di antaranya digelar oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Grandhika Bhakti Praja, sebuah ruang pertemuan utama di Komplek Kantor Gubernur Jawa Tengah, Jumat (13/9)
Menurut Ketua Umum MUI Jawa Tengah, KH Ahmad Daroji, acara ini terwujud karena masayarakat yang hadir masing-masing merasa sebagai muridnya Kiai Maimoen Zubair dan sekaligus menjembatani warga yang tidak bisa hurmat secara langsung pada peringatan 40 hari Mbah Moen di Sarang, Rembang.
“Sebagai orang yang merasa menjadi murid Mbah Moen, kita merasa perlu ikut hurmat mendoakan beliau, terlebih bagi yang tidak bisa ke Sarang karena kemungkinan besar jalan macet, parkir jauh, dan lain sebagainya,” tutur Kiai Daroji.
Selain Kiai Daroji, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo dan Wakil Gubernur Jawa Tengah H. Taj Yasin Maimoen yang sekaligus putra dari KH Maimoen Zubair juga memberikan sambutan.
Gus Yasin mengaku, ia mendapatkan dua sosok yang mempunyai kemiripan dalam pandangan serta sikapnya, yaitu Syekh Said Ramadhan Al-Buthi, Suriah dan ayahnya sendiri KH Maimoen Zubair.
“Yang saya ketahui dari tahun 2000 hingga 2019 ini, yang mempunyai pandangan yang sama, kasih sayang yang sama, yang satu adalah As-Syekh Said Ramadhan al-Buthi Suriah dan yang satunya lagi Kiai Maimoen.” Kenang Gus Yasin.
Terhadap kelompok radikal, lanjut Gus Yasin, Kiai Maimoen berada di tengah-tengah menguatkan pemerintahan. Ia melawan keras terhadap pelawan pemerintah atau yang biasa disebut sebagai bughat.
Rasulullah ﷺ bersabda saat sebelum beliau wafat, kelak akan terjadi kemungkaran-kemungkaran dan pemimpin yang dzalim, namun ini ada beberapa 4 atau 3 hadits dengan teks dan konteks yang berbeda namun pesannya sama, yaitu bagi orang muslim Bersabarlah, taatilah pemerintah.
Bahkan dikatakan jangan kalian gunjing pemimpin itu di muka umum, namun peganglah tangannya, ajaklah bicara. Artinya kalau memegang tangan dan bicara, mestinya berbicara dengan cara baik, tidak menjelekkan di muka publik.
“Selama pemimpin itu masih mau shalat, patuhilah perintahnya, walaupun ia adalah orang yang dzalim. Maka dalam Al-Qur'an disabdakan athiullaha wa athiur rasula wa ulil amri minkum,” kata Gus Yasin.
Dengan demikian, pesan Gus Yasin, itulah alasan kenapa Kiai Maimoen perlu menguatkan pemerintah, mengajak orang untuk patuh kepada pemimpinnya masing-masing sesuai dengan tingkatannya.
Selain sambutan-sambutan pihak terkait, acara diisi dengan jamaah shalat Isya, shalat Ghaib untuk Presiden Indonesia ke-3 H Baharudin Jusuf Habibie, pembacaan yasin, tahlil, dan doa serta peluncuran buku Belajar Kehidupan dari Mbah Moen yang disusun oleh Agus Fathuddin Yusuf, salah seorang wartawan senior koran harian Suara Merdeka yang juga alumni pesantren Sarang, Rembang.
Kontributor: Ahmad Mundzir
Editor: Abdul Muis