Bojonegoro, NU Online
Sejumlah pengurus Jam'iyah Mudarosatil Qur'an Lil Hafizhah (JMQH) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur dilantik setelah resmi dibentuk.
Ketua JMQH Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Ibu Nyai Hj Nur Qudsiyatin menuturkan, kepengurusan JMQH Bojonegoro ini baru pertama terbentuk untuk periode 2020-2024. Kendati begitu, keberadaan para penghafal Al-Qur'an itu cukup eksis dengan berbagai kegiatan yang diselenggarakan sebelum-sebelumnya, seperti pengajian kubro dan lain sebagainya. Bahkan sekitar tahun 1998 silam, hafizah di Bojonegoro sempat terorganisir dengan baik.
Ia mengaku, dulu pengurus organisasi ini sangat minim, lantaran banyak yang belum mau berorganisasi. Namun sekarang jumlahnya sudah mencapai 300 orang. Bahkan di kecamatan se-Kabupaten Bojonegoro dapat dipastikan ada hafizahnya.
"Kita sudah memprogramkan empat bulan sekali mengadakan roadshow ke kecamatan-kecamatan," tuturnya usai terpilih menjadi ketua di pendopo Malowopati Pemkab Bojonegoro, Ahad (8/3).
Hafizah berusia 50 tahun itu menerangkan, semenjak Bojonegoro dipimpin Bupati Bojonegoro, Ibu Anna Mu'awanah, kiprah para hafizah cukup tampak ke permukaan, misalnya menggelar rutinan khataman sebulan sekali setiap Jumat pahing di rumah dinas bupati.
Ia berharap, ke depan pemerintah bersama-sama dengan JMQH bisa mengayomi dan ngopeni hafizah di Bojonegoro, sehingga keberadaan penghafal Al-Qur'an kian masif tidak hanya di tingkat kabupaten dan kecamatan, namun juga merambah ke desa-desa.
"Terpenting JMQH Bojonegoro akan terus mencari dan merawat hafizah Bojonegoro, agar tidak minder dan sering murojaah serta Al-Qur'an yang sudah dihafal tidak hilang. Sebab selain sudah berkelurga, hafizah yang selesai mondok akan disibukkan dengan urusannya di rumah," terang hafizah sejak tahun 1995 itu.
Dijelaskan, JMQH merupakan lembaga resmi yang berpusat di Kajen, Pati, Jawa Tengah. Sedangkan di Jawa Timur baru beberapa daerah yang sudah terbentuk. Seperti Magetan, Ngawi, Lamongan, dan Tuban.
Untuk Bojonegoro sendiri, upaya menciptakan kader hafizah terus dilakukan. Sejumlah pesantren dan sekolah program hafizah terus berjalan dengan baik.
"Meskipun di pendidikan formal, hafalannya juz 30 atau juz amma. Program JMQH termasuk gerakan baca tartil, gerakan baca tafsir, dan gerakan buah yakni gerakan menghasilkan kader berikutnya menjadi hafizah," jelasnya.
Menurutnya, JMQH ini berlandaskan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Diharapkan kepengurusan JMQH yang baru dikukuhkan ini dapat meningkatkan semangat bertadarus Al-Qur'an serta memberikan motivasi kepada anggota demi kelestarian hafalan Al-Qur'an.
"Termasuk JMQH diharapkan bisa mampu memperluas wawasan, membuka pikiran, berbagi pengalaman dan meningkatkan kualitas keilmuan," paparnya.
Sementara itu Bupati Bojonegoro, Anna Mu'awanah berpesan kepada seluruh hafizah agar tidak hanya menghafal Al-Qur'an saja. Namun mau belajar memahami makna dan tafsir yang terkandung di dalamnya. "Para penghafal Qur'an harus dimuliakan," pungkasnya.
Dalam deklarasi dan silaturahim JMQH Bojonegoro, selain diikuti seluruh hafizah se-Kabupaten Bojonegoro, juga dihadiri Bupati Bojonegoro, Anna Mu'awanah, Ketua PDRD Kabupaten Bojonegoro, Imam Sholihin, dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) lainnya. Serta ketua PCNU Bojonegoro, dr Choled Ubed dan ketua JMQH pusat, Umik Nyai Hj Maftuhah Minan Abdillah dari Kajen Pati.
Kontributor: M. Yazid
Editor: Syamsul Arifin