Daerah

Pengurus NU Ranting Bulujaran Kembangkan Batik Tulis dengan Cara Tradisional

Sabtu, 22 Juni 2013 | 09:08 WIB

Probolinggo, NU Online
Batik merupakan salah satu karya budaya khas Indonesia yang telah diakui UNESCO. Produk budaya ini merupakan karya seni bernilai tinggi. Sentra potensi batik banyak tersebar di wilayah Kabupaten Probolinggo dengan berbagai macam motif dan corak.<>

Satimin salah satu pengurus ranting NU Desa Bulujaran Lor Kecamatan Tegalsiwalan Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu warga NU yang mampu menciptakan dan mengembangkan batik tulis dengan berbagai jenis motif dan corak. Kini, usaha batik tulis yang dirintisnya sejak tahun 2010 tersebut telah diberi nama Batik Tulis Prabu Linggih. Bahkan nama tersebut sudah disertifikasi emas oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia bulan Maret 2013 kemarin.

Sebelum menggeluti usaha Batik Tulis Prabu Linggih, Satimin membuka usaha sebagai pembuat rokok. Namun seiring dengan perkembangan zaman, usaha rokoknya tidak laku karena kalah bersaing dengan produk yang lain. Akhirnya lama kelamaan usaha rokoknya bangkrut dan Satiminpun gulung tikar.

“Dalam kondisi kalut dan bingung dengan bangkrutnya usaha rokok, saya mencoba menyepi dan melakukan ziarah ke beberapa makam wali dengan harapan mendapatkan petunjuk terkait usaha apa yang cocok untuk saya jalani. Akhirnya, setelah kembali dari ziarah tersebut saya terbayang untuk mencoba melakukan usaha batik tulis,” ungkapnya kepada NU Online, Kamis (20/6).

Awal memulai usaha batik tulis ini Satimin mengaku tidak tahu motif yang akan dibuatnya. Namun dia terus belajar dengan membuat desain sendiri sambil mengikuti berbagai macam jenis pelatihan membatik yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten Probolinggo.

“Setelah dilatih selama satu minggu, saya mencoba terus membuat desain sendiri dan mewarnanya. Karena belum memiliki nama, batik tulis ini saya beri nama Batik Tulis Prabu Linggih,” jelasnya.

Menurut Satimin, nama Prabu Linggih diambil dengan alasan untuk memberikan motivasi bahwasanya jika ingin usahanya maju, maka harus dilakukan dengan baik, tekun dan sungguh-sungguh sekaligus terus mencari jati diri. Apalagi nama Prabu Linggih sendiri diambil dari seorang tokoh yang dulunya pernah singgih di Probolinggo.

“Awalnya saya hanya mencoba-coba dan terus membuat desain-desain sendiri. Intinya, antara keinginan dan usaha harus nyambung. Sehingga nantinya usaha yang kita jalani akan sukses. Semua kuncinya berasal dari hati, mau sukses atau tidak. Hingga kinipun saya tetap menggunakan cara tradisional karena tidak memiliki modal untuk membeli alat membatik,” terangnya.

Pada saat awal menjalani usaha batik tulis ini, Satimin hanya bekerja sendiri. Pekerjaan mulai mendesain, mencanting, mewarna hingga menjemur dilakukannya sendiri. Dalam sebulan dirinya hanya mampu menjual 10 potong kain dengan 3 motif batik. Namun kini, dalam sebulan dirinya mampu menjual hingga 100 potong dengan 25 motif batik. Pekerjaan itupun tidak dikerjakan sendiri lagi. Sebab dirinya sudah mampu menampung sekitar 7 orang pekerja di rumahnya.

“Sebenarnya dalam sebulan kami mampu menjual lebih dari 100 potong. Namun untuk sementara ini kami masih terkendala dengan modal untuk membeli bahan baku dan membayar pekerja. Selama ini batik tulis yang kami hasilkan rata-rata merupakan pesanan dari pembeli. Sehingga di rumahpun tidak ada stok untuk dijadikan contoh jika ada orang datang untuk melihat-lihat motif batik tulis Prabu Linggih,” ungkapnya.

Satimin mengaku hasil penjualan batik tulisnya itu mampu meningkatkan pendapatan keluarganya. Dalam sebulan, dirinya mengaku mengeluarkan modal sekitar Rp. 15 juta. Hasil dari produk batik tulisnya laku seharga Rp. 20 juta per bulan. Sehingga dirinya mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp. 4 juta per bulan. Hasil itu didapat dari pesanan yang diminta pembeli.

“Sementara ini kami hanya fokus kepada pesanan saja. Sebab untuk memenuhi yang lain, kami terkendala dengan tenaga kerja dan modal. Sebab untuk membuat satu motif ini dibutuhkan waktu sekitar 4 hari,” tambahnya.

Hingga kini, Satimin mampu menciptakan berbagai macam motif batik tulis Prabu Linggih. Terbaru, dirinya mampu membuat desain batik tulis yang diberi nama Merak Manis. “Nama ini diambil untuk menggambarkan keindahan yang dimiliki oleh Kabupaten Probolinggo,” akunya.

Dikatakan Satimin, untuk membuat batik tulis sebenarnya tidak terlalu sulit asalkan ada kemauan dan kerja keras. Langkah pertama untuk membuat batik tulis ini adalah membuat gambar desain di kertas kalkir. Hasil dari desain tersebut kemudian dijiplak ke kain dengan menggunakan pensil 2B. Setelah itu dicanting dan dicelup warna. Langkah mencanting dan mewarna ini dilakukan berulang-ulang sesuai warrna yang ada di batik tulis. Selanjutnya kain tersebut dijemur kira-kira sekitar 2 jam di bawah terik matahari.

Setelah kering, kain tersebut direbus dalam air mendidih untuk melunturkan lilinnya. Kemudian dicuci hingga bersih. Kemudian dikeringkan untuk selanjutnya dilipat dengan rapi. Baru kemudian, kain tersebut siap untuk dipasarkan kepada masyarakat.

“Dalam usaha batik tulis ini kami tetap menggunakan cara tradisional. Ke depan kami akan berupaya untuk menambah modal agar bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak sebagai upaya untuk mengembangkan usaha batik tulis ini di Desa Bulujaran Lor Kecamatan Tegalsiwalan Kabupaten Probolinggo,” pungkasnya.


Redaktur      : Syaifullah Amin
Kontributor : Syamsul Akbar