Daerah BANJIR JAKARTA

Pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Juga Jadi Posko Pengungsian

Sabtu, 26 Januari 2013 | 04:02 WIB

Jakarta, NU Online
Meski ikut terendam banjir, Pondok Pesantren Al-Muhajirin di kelurahan Telukgong terdapat  tetap melaksanakan fungsi sosial kemanusiaan. Bekerjasama dengan Lembaga Penanganan bencana dan perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI-NU) pesantren ini membuka posko dan menjadi tempat pengungsian  bagi warga sekitar.<>

Hal ini sangat memungkinkan karena bangunanannya  hingga 3 lantai, dan memiliki masjid  besar dua lantai. Pada banjir yang terjadi bulan januari ini ada 60 KK yang mengungsi di pesantren Al-Muhajirin.

KH Abdussalam Wahhab, pengasuh pondok pesantren Al-Muhajirin mengaku senang ,bangga dan  terharu dapat bekerjasama dengan LPBI NU dalam membantu korban banjir 2013 ini. Menurutnya, NU sangat istiqomah atau konsisten dalam membantu korban bencana banjir terutama di Penjaringan. 

“Tahun 2002 dan 2007 NU  membantu di tempat yang sama waktu itu H Rozi Munir (alm) dari PBNU langsung yang turun ke tempat ini,” kenangnya saat berada di Posko ini, Sabtu (26/1).

Data LPBI menunjukkan, secara geografis kelurahan Telukgong Penjaringan Jakarta Utara  dilewati dua kali besar, sebelah selatan ada kali kapuk dan utara banjir kanal barat,  banjir 2013 membuat telukgong terendam hingga ketinggan 150 - 200 cm.

Hal ini diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi sehingga  danau Telukgong tidak mampu menampung debit air, serta rendahnya tanggul kali kapuk.  Selain itu juga posisi pemukiman di bawah permukaan air laut,  dikarenakan danau yang tidak lagi menampung dan air tetap menggenang karena posisi tanggul sungai lebih tinggi + 200 cm dari pemukiman penduduk. 

Banjir  tahun 2013 ini NU melalui Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim ( LPBI NU) membantu membuka posko dan memberikan paket sembako untuk 200 KK dengan penerima manfaat sekitar 800 orang, sebagai warga pesantren dan NU kebanggaan dan kebahagiaan saya tak dapat diukur karena kepedulian NU pada warganya.

Meskipun banjir 2013 ini dirasa tidak separah 2007. Pada tahun 2007 banjir di kelurahan Telukgong baru surut setelah 30 hari lamanya, sedangkan di 2013 air sudah surut dalam waktu 10 hari karena dapat dikurangi dengan dipompa ke kanal  barat.

Menurut M. Wahib, aktivis LPBI, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk ke depan agar Telukgong dan sekitarnya tidak lagi terendam air atau banjir, yang pertama pemerintah harus meninggikan tanggul kali kapuk, hujan sedikit saja air dari kali kapuk meluap ke pemukiman warga, maka perlu tanggul yang tinggi setinggi tanggul kanal barat.

Kedua penyadaran pada masyarakat terkait pentingnya aliran air di depan rumah, karena selama ini warga masih kurang disiplin dalam memelihara lingkungannya. Hal ini dapat terlihat adanya  penutupan got/selokan air  untuk dibangun jalan/jembatan ke rumahnya yang mengakibatkan air menggenang di jalan.

“Sebagaian ustadz dan da’i di pesantren dan masjid-masjid sudah mensosialisasikan pentingnya memelihara lingkungan.  Semoga kedepan pemerintah dapat meninggikan tanggul kali kapuk, dan warga disiplin dalam memelihara lingkungannya insya Allah Penjaringan akan terhindar dari banjir,” katanya.

Selain membantu evakuasi, Posko juga memberikan bantuan paket sembako, paket kebersihan.  LPBI  NU  melalui relawannya SSB  (Santri Siaga Bencana NU) juga  membantu warga dalam kerjabakti membersihkan rumah dan lingkungan, seperti dilakukan di Kedoya Utara, Grogol Petamburan, Rawa Buaya, Kampung Melayu.  



Redaktur: A. Khoirul Anam