Garut, NU Online
Ketua Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam Ajid Thohir UIN Sunan Gunung Djati Bandung Ajid Thohir berkomentar tentang membludaknya warga NU yang menghadiri pembukaan Konferensi Wilayah ke-17 PWNU Jawa Barat di Pesantren Fauzan, Garut.
Menurut dia, hal itu karena faktor wibawa Pesantren Fauzan dan kiai-kiainya yang tertanam di hati masyarakat. “Pesantren Fauzan terbilang tua di Garut. Pengaruhnya di masyarakat ini sangat besar. Pesantren ini sekarang adalah generasi keenam,” katanya di lokasi Konferwil Selasa (11/10).
Dengan membludaknya warga sekitar dan warga NU di kabupaten Garut, menurutnya, hal ini menunjukkan Pesantren Fauzan mengakar di tengah-tengah masayarkat.
Menurut dia, NU patut bersyukur memiliki pesantren-pesantren yang berpengaruh di masyarakat seperti Fauzan. Hal itu akan memperkuat NU sebagai ormas untuk lebih bergairah dalam berkhidmah kepada masyarakat.
“Pesantren dan kiai adalah jimatnya NU,” katanya.
Dikatakan jimat, lanjutnya, karena pesantren adalah benteng pertahanan, menghidupkan, menyebarluaskan Aswaja. Di dalam tradisi Aswaja pesantren menampung tradisi silaturahim, mendapatkan berkah ketika bertemu kiai dan pesantren.
Pada tradisi itulah sehingga memungkinkan berdatangannya warga NU pada Konferwil PWNU Jawa Barat tersebut.
Ketika NU tidak dikelola dengan benar tidak memegang prinsip muruah dan tradisi ke-NU-an. Kalau kiai-nya sudah bermain wilayah profan pasti akan hilang
Direktur Pascasarjana Psikoterapi di Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya, Tasikmalaya menngingatkan, agar kiai-kiai NU dan pesantren jangan terlalu banyak dalam wilayah profan yang bernuansa sesat, tapi harus menjaga muruah agar tradisi tersebut tidak luntur di NU. (Abdullah Alawi)