Abdul Rahman Ahdori
Kontributor
Serang, NU Online
Bidang pertanian menjadi salah satu sektor yang perlu diperkuat oleh bangsa Indonesia. Selain bisa memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, bertani adalah proses menyelamatkan alam dari kerusakan lingkungan.
Di Indonesia, pertanian masih menjadi tabu dibahas di forum-forum besar oleh kalangan pemuda. Padahal pemuda adalah kunci pergerakan ekonomi Indonesia. Selain itu, sebagiab pemuda dinilai masih alergi menjadi seorang petani. Mereka menganggap bertani tidak mengangkat harkat sosial.
Tokoh petani senior di Banten, H Dadang Rohana, menuturkan salah satu faktor mengapa pemuda tidak mau bertani karena orang tua dulu sudah mengiming-imingi bahwa di kota para pemuda bisa mendapatkan nilai dan pekerjaan. Menurutnya, banyaknya mahasiswa yang mengambil Program Studi Pertanian juga bukan karena ingin menjadi petani tapi ingin mendapatkan pekerjaan yang mengurusi pertanian.
“Pemuda sekarang itu sudah ada yang mengiming-imingi nilai di kota, kedua kenapa pemuda tidak menjadi Petani? malah yang masuk Institut Pertanian juga mereka mau kerja. Bukan mau jadi petani,” kata Dadang kepada NU Online di Padarincang, Kabupaten Serang, Banten, Kamis (23/10).
Ia menegaskan, menjadi petani itu bukan buruh di ladang yang setiap hari harus berkeringat. Bertani itu mengelola sektor pertanian agar dapat menguntungkan semua kalangan, termasuk untuk bangsa dan negara.
“Kebanyakan di kita, petani di kita, petani asli bukan manager atau pengelola. Yang diharapkan ada perkembangan managernya itu,” ucapnya.
Dadang menilai enggannya pemuda untuk menjadi petani adalah masalah serius yang harus dicarikan solusinya. Dadang sendiri sudah terjun menjadi petani sejak tahun 1982, atas keuletannya tersebut kini ia memiliki haktaran ladang yang digarap petani-petani lain.
Tanah yang jumlahnya mencapai beberapa haktare itu ditanami ragam tanaman pangan-non pangan antara lain padi, bunga sedap malam, dan tanaman hias pengantin. Dari hasil jerih payahnya itu, Dadang dapat memetik hasilnya, diantaranya tidak pernah mendapat kesusahan ekonomi.
“Dari bertani saya kebantu sampai mampu kuliahkan dua putri saya ke kampus kesehatan, semua dari pertanian, saya juga kebantu dari program-program cuma itu turun ke kelompok-kelompok tani,” ujarnya.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Aryudi AR
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Isra Mi’raj, Momen yang Tepat Mengenalkan Shalat Kepada Anak
2
Khutbah Jumat: Kejujuran, Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat
3
Khutbah Jumat: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan
4
Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam
5
Khutbah Jumat: Peringatan Al-Qur'an, Cemas Jika Tidak Wujudkan Generasi Emas
6
Gus Baha Akan Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal Jakarta pada 27 Januari 2025
Terkini
Lihat Semua