PWNU Jateng Sebut Ada Peran Media terkait Eksisnya NU di Daerah
Sabtu, 12 September 2020 | 18:00 WIB
Rais dan Ketua PWNU Jawa Tengah saat bertemu dengan kru jateng.nu.or.id di Kantor PWNU Jateng (Foto: Rifqi Hidayat)
Ahmad Rifqi Hidayat
Kontributor
Semarang, NU Online
Dalam sejarah, hoaks atau kabar bohong pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan, kabar bohong pernah menimpa istri Nabi Muhammad SAW, Aisyah r.a. Karena itu, peran pewarta yang memberikan informasi yang jelas sangat dibutuhkan masyarakat, khususnya warga Nahdlatul Ulama (nahdliyin).
Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Ubaidullah Shadaqoh dalam rapat pembentukan jateng.nu.or.id di ruang rapat utama PWNU Jawa Tengah, Sabtu (12/9) mengatakan, betapa pentingnya media dalam menyampaikan kabar yang benar.
"Betapa pentingnya media untuk memberikan kabar yang benar. Betul-betul bisa mengklarifikasi, menyebarkan kebenaran, dan khidmah terhadap ulama," kata Kiai Ubaid.
Disampaikan, kalau dulu zaman Nabi Ibrahim AS, seluruh tumbuh-tumbuhan menyampaikan pesan dari Nabi Ibrahim. Dalam konteks ini menurutnya, semua perangkat android bisa digunakan untuk kepentingan dakwah.
Selain itu, Pengasuh PP Al-Itqon Bugen Semarang menjelaskan, banyak sekali kegiatan di daerah yang membutuhkan peran media untuk mewartakan eksistensi organisasi NU di daerah. "Kita harus menghidupkan eksistensi kita," tegasnya.
Misi website atau media NU menurutnya, dapat memunculkan aktivitas di daerah sebagai cerminan NU secara organisasi dalam bermasyarakat. Selain itu, media memiliki peran sebagai penyangga dan penengah. Untuk itu, ia mendorong agar media NU bisa maju dan memajukan organisasi di daerah.
"Ayo, maju bareng-bareng," ajaknya.
Media NU, masih kata Kiai Ubaid, bisa menumbuhkan eksistensi, sehingga NU sebagai organisasi massa keagamaan terbesar di Indonesia, bukan lagi massa silent yang dijadikan kalah-kalahan, tapi massa yang muncul memberikan warna tersendiri.
Sekretaris PWNU Jawa Tengah H Hudallah Ridlwan Na'im saat nemberikan pemantaban tim jateng.nu.or.id mengatakan, mewartakan sebuah kabar membutuhkan kejelian, kejujuran, dan ketelitian tersendiri.
"Menjalani profesi sebagai wartawan dengan dedikasi untuk mencerahkan masyarakat merupakan sebuah penghargaan tersendiri. Wartawan itu pekerjaan yang sangat mulia. Sebab, tugas mewartakan ini sangat penting," kata Gus Huda, sapaan akrabnya.
Menyampaikan kabar menurutnya, bagian dari tugas kenabian. Hal ini suatu kemuliaan karena Rasul juga bertugas menyampaikan kabar (wahyu) dengan dukungan perlindungan dari Allah SWT.
"Jadilah wartawan yang memberikan pencerahan, bukan memprovokasi. Munculkanlah berita yang membangun, bukan yang merusak," pesannya.
Lebih lanjut dia menekankan, tak semua orang bisa memiliki kesempatan dan keterampilan merangkai kata seperti wartawan. Terlebih, ketika terdapat kata Nahdlatul Ulama yang melekat dalam profesi tersebut (wartawan media NU).
"Kalau sudah ada kata NU kita harus bisa membumikan qanun asasi. Harus bisa memberikan suatu pembeda dalam pemberitaan," pungkasnya.
Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua