Abdul Muiz Cholil
Kontributor
Pekalongan, NU Online
Pemilik usaha snack (makanan ringan) 'Raja Tangsis', Zainal Muttaqin, masih tiarap menghadapi pandemi Covid-19 yang hingga kini belum juga berakhir. Ia hanya bisa pasrah. Pasalnya, cemilan dengan pangsa pasar anak-anak sekolah ini untuk sementara berhenti karena para pelajar masih diliburkan.
"Pembeli produk snack Raja Tangsis adalah anak-anak sekolah. Karena sekolah diliburkan sebab pandemi Covid-19, maka Raja Tangsis yang sudah memiliki 200 cabang saat ini, yang masih aktif tinggal 15 cabang," ujarnya kepada NU Online, Jumat (5/6).
Dikatakan, selain Raja Tangsis yang mengalami penurunan omzet, usaha lain yang sedang digelutinya yakni mie ayam ceker, juga mengalami nasib yang sama. Dari lima tempat usaha, tinggal satu yang masih buka melayani pembeli.
"Karena sepi pembeli dan tempatnya kurang strategis, sementara empat warung saya tutup. Dulunya sih ramai saat kondisi normal sebelum ada Covid-19," ungkap Zainal.
Pegiat IPNU ini berharap kondisi dunia pendidikan dapat secepatnya pulih. Pasalnya, banyak kegiatan ekonomi yang bergantung dengan anak-anak sekolah. "Dengan aktifnya lembaga pendidikan, kegiatan jualan makanan ringan bisa dilakukan kembali. Artinya, roda ekonomi dapat berputar lagi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan," harapnya.
Keinginan yang sama disampaikan Marjuki (55), pemilik usaha makanan ringan anak-anak sekolah di Pekalongan. Bagi dia, efek pandemi Covid-19 berujung pada mandeknya usaha yang sudah digeluti puluhan tahun.
"Ini sangat memberatkan bagi kami. Usaha yang saya tekuni ini jadi penopang ekonomi keluarga dan beberapa temannya. Namun, Covid-19 telah menghentikan usaha yang kami bangun," ujar aktivis NU ini.
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan H Muhtarom mengakui, sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat terpukul oleh pandemi Covid-19.
"Tidak hanya melemahkan. Akan tetapi, banyak usaha kecil yang menjadi penopang ekonomi keluarga menjadi mandek. Karena hal itu menjadi mata rantai berputarnya roda ekonomi," ungkapnya.
Dikatakan, ketika dunia pendidikan diliburkan efeknya beruntun. Tidak saja dalam lingkup pendidikan, guru honorer yang bergantung dengan jam mengajar maupun pegawai honorer. Sementara anak didik harus belajar dari rumah menggunakan jejaring internet.
"Sementara di pihak lain seperti pera pedagang kecil yang setiap hari menyediakan makanan ringan enggak bisa jualan lagi karena sekolah diliburkan," ucapnya.
Di Kota Pekalongan saja, lanjutnya, ada puluhan lembaga setingkat RA/TK/PAUD, MI, dan MTs yang setiap hari menjadi gantungan hidup para pedagang kecil yang notabene warga Nahdliyin juga.
"Saya tiada henti-hentinya mengajak Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU), Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) dan lembaga terkait untuk segera bergerak. Mereka sangat butuh sentuhan NU. Inilah kesempatan NU membantu mereka," pungkasnya.
Pewarta: Abdul Muiz
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua