Pekalongan, NU Online
Siapa sangka jebolan IAIN Pekalongan 4 tahun silam yang sempat malang melintang menggeluti berbagai usaha untuk mencoba mandiri tanpa harus tergantung kepada pemerintah (PNS) kini telah memiliki cabang 350 gerai mitra yang tersebar di berbagai daerah di Jawa.
Zaenal Muttaqin, alumni Fakultas Tarbiyah IAIN Pekalongan selama kuliah memanfaatkan waktunya menjadi marbot masjid yang dekat dengan kampusnya usai lulus mencoba peruntungan menjadi pegawai honorer di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakerstrans) Kota Pekalongan. Baru berjalan 1,5 tahun dirinya menyatakan resign dan banting setir menjadi wirausahawan yang mandiri.
Tepatnya tahun 2016, dirinya memulai usaha membuat makanan yang terbuat dari kentang dan sosis plus tepung sebagai adonan pelengkap dengan nama Raja Tangsis.
Mantan aktifis PMII dan penyiar Radio Aswaja FM Kota Pekalongan, sangat yakin bahwa usaha yang baru ini akan membuka peluang usaha tidak saja untuk dirinya, akan tetapi juga untuk membuka lapangan kerja baru atau bagi mereka yang menginginkan pendapatan tambahan. Pasalnya, usaha yang ia tekuni cukup mendapat sambutan bagi pembeli yang rata-rata anak sekolah.
"Setelah ketemu campuran yang tepat pada komposisi tepungnya, baru saya coba tawarkan kepada masarakat untuk membuka gerai melalui media sosial (medsos)," ujarnya kepada NU Online.
Dia bercerita, semula seluruh bahan pokok ia suplai, namun terkadang mengalami kendala pada pengiriman, akhirnya diputuskan, untuk kentang dan sosis bisa belanja di sekitar gerai, sedangkan bahan utama tepung tetap ia pasok dan hanya untuk pelanggan mitra.
"Alhamdulillah, dari usaha makanan ringan Raja Tangsis saya sudah punya rumah baru dan mobil untuk operasional, yang itu sulit bisa saya lakukan ketika saya masih bertahan di pekerjaan yang lama," tuturnya.
Zaenal Muttaqin saat ini selain menggeluti usaha makanan ringan tangsis, juga mencoba mengolah makanan yang banyak dijumpai di kampung-kampung, yakni ketela. Usaha yang baru dicoba ini, sudah bisa dilempar ke pasaran setiap harinya sekitar 1 kwintal ketela pohon yang siap di masak.
Bahkan, saat ini ada pekerjaan baru menjadi narasumber diperbagai pertemuan tentang kisah usaha yang digandrungi anak-anak sekolah hingga ke berbagai daerah. "Tantangannya banyak, diantaranya branding "Raja Tangsis" ditiru oleh orang lain dan kurangnya promosi, karena waktu dan tenaga terbatas," paparnya.
Baginya, bisa berbagi usaha dan rejeki kepada masyarakat luas adalah kebahagiaan tersendiri. Pasalnya, meski hampir tiap hari tiada henti melayani mitra usaha mengirim permintaan bahan pokok, tetap harus optimis bahwa usaha yang ia geluti merupakan jalan Allah yang diberikan kepada dirinya.
"Setiap gerai yang bermitra dengan dirinya, rata-rata bisa menjual 200 biji tangsis dengan harga Rp2.000,00 dalam tempo kurang dari 3 jam jajanan langsung habis. Itu artinya pelaku usaha bisa menyisihkan keuntunngan 50 % atau Rp 200.000 dalam kurun waktu 3 jam saja. Jika itu dilakukan rutin setiap hari, dalam sebulannya bisa menghasikan kisaran 6 jutaan," ujar Zaenal.
Untuk memulai usaha baru yang akan bermitra dengan dirinya, Raja Tangsis menyediakan lapak beserta perlengkapannya dengan kisaran harga Rp2-3 juta tergantung dari model dan ukurannya. Sedangkan untuk operasionalnya, dirinya hanya akan mensuplai tepungnya berdasarkan permintaan. Untuk bahan-bahan lainnya seperti kentang, sosis, dan minyak goreng bisa dibeli di pasar lokal. (Muiz)