Surabaya, NU Online
Yayasan Spektra Unilever menggandeng Rabithah Ma'ahid al-Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama Jawa Timur menggelar Training Pesantren Bersih dan Sehat. Acara yang digelar di Graha Pena Surabaya tersebut dihadiri 130 pondok pesantren di Jawa Timur.
H Roni Sya’roni selaku Direktur Yayasan Spektra Unilever mengatakan kegiatan Training Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ini sudah lama didiskusikan dengan PW RMINU Jawa Timur. Setelah menemui titik temu, diskusi dan menyakinkan pihak Uniliver untuk mengadakan training pesantren bersih dan sehat.
“Ini merupakan ikhtiar yang kami lakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia atau SDM pesantren,” kata Roni Sya’roni saat sambutan, Sabtu (28/9).
Untuk dapat meningkatkan kualitas SDM pesantren, salah satunya diawali dengan berperilaku bersih dan sehat. Karena kesehatan dan kebersihan bagaikan sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Maka dari itu, berperilaku bersih akan membuat sehat.
“Kalau santri sudah terbiasa dengan perilaku bersih dan tubuh sehat, belajar tidak akan terganggu. Dari sinilah kualitas SDM akan meningkat,” tutur pria asli Ngajuk ini.
Menurut Roni, ada sejumlah indikator sehingga bisa dikatakan hidup sehat. Pertama adalah memiliki perilaku yang bersih.
Kemudian lingkungan yang sehat. "Ini memiliki porsi besar sekitar 70 persen dan sisanya adalah layanan kesehatan," jelasnya.
Dalam pandangannya, perilaku bersih digerakkan atau dimulai dari diri setiap pribadi. Kemudian untuk menciptakan lingkungan sehat harus ada kesadaran masyarakat agar menjaga lingkungan.
“Layanan kesehatan ini yang harus diciptakan karena di pondok pesantren sudah ada Poskestren atau Pos Kesehatan Pesantren,” terangnya.
Untuk menjaga lingkungan, dibutuhkan kesadaran santri agar membuang sampah pada tempatnya. Setelah itu pengelolaan sampah harus menjadi perhatian dengan mengetahui berapa banyak sampah yang ada di pesantren.
“Yang juga menjadi problem hari ini adalah sampah plastik. Karena sampai saat ini sampah tersebut belum bisa diurai. Kalaupun bisa, membutuhkan waktu puluhan tahun,” tuturnya.
Ketua Pengurus Wilayah (PW) RMINU Jatim, KH Agus Zaki Hadzik mengatakan dengan terlaksananya program ini, diharapkan pesantren bisa menghilangkan stigma sebagai kawasan kumuh.
“Dengan pembiasaan PHBS, santri tidak lagi terkena penyakit kulit dan sejenisnya,” tandas Gus Zaki, sapaan akrabnya.
Pewarta: Rof Maulana
Editor: Ibnu Nawawi