Kudus, NU Online
Ziarah umum dalam rangka haul ke-60 KHR Asnawi dihadiri ribuan santri, Selasa (13/3). Komplek makam Sunan Kudus di mana KHR Asnawi dimakamkan penuh hingga membludak di luar area Masjid Menara.
KHR Asnawi merupakan teman perjuangan KH Hasyim Asy'ari dalam mendirikan Nahdlatul Ulama. Ribuan santri yang hadir ini jelas-jelas tabarruan dengan karomah Mbah Asnawi. Setiap haul selalu penuh yang ziarah.
"Setiap tahun, kami gelar tahlil umum di makamnya. Ini sudah rutin yang dilaksanakan bersama panitia Yayasan Menara," tegas KH Em Nadjib Hassan, Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK).
KH Abdul Mujib Sholeh, cucu KHR Asnawi menyampaikan terima kasih pada Pengurus Yayasan YM3SK yang sudah menyelenggarakan ziarah umum ini dengan meriah dan lengkap dihadiri Sesepuh Ulama Kudus.
Kiai Mujib memohon doa dari para kiai agar dzuriyah Mbah Asnawi bisa melanjutkan perjuangannya. "Semoga kita semua dapat karomahnya Mbah Asnawi," ungkapnya.
Kiai Mujib ingat sekali dengan pesan KHR Asnawi pada tahun 1958 saat izin mau mondok ke Jombang. Inti nasihatnya adalah "Sekabehane keapikan arikolo nganut ulama sepuh lan sedanten kejelekan niku sebab ora manut kiai sepuh (Semua kebaikan itu karena ikut dawuh kiai sepuh dan kejelekan itu karena tidak ikut dawuh kiai sepuh)."
Ini sesuai dengan hadits riyawat Assaubani yang menegaskan bahwa zaman akhir banyak orang dzalim yang diikuti banyak orang dan yang ikut terombang ambing seperti buih di lautan.
"Orang itu dzalim karena takut dengan kematian dan takut kefakiran, maka kita harus ikut dawuh Mbah Asnawi," tegasnya.
Senada dengan itu, KH Hasan Fauzi menegaskan keulamaan KHR Asnawi yang tegas dalam memegang teguh agama. "Jangan seperti zaman ini, banyak yang ngaku ulama atau ustadz di televisi tapi ilmunya tidak ada," pungkasnya. (M Rikza Chamami/Kendi Setiawan)