Jombang, NU Online
Peringatan Hari Santri 2019 di Kabupaten Jombang, Jawa Timur dibuka dengan bedah buku Jejak Laskar Hizbullah Jombang, Ahad (6/10) di aula gedung Ma'had Aly Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang. Buku ditulis oleh Moch Faisol asal Jombang.
Dipilihnya kegiatan ini untuk mengingat kembali jejak sejarah perjuangan para santri dulu. Mereka punya sejarah berdarah saat harus terlibat langsung mengusir penjajah yang hendak kembali merebut kemerdekaan Indonesia. Sehingga pada Hari Santri, acara ini dinilai momentum yang tepat agar para santri tak melupakan sejumlah perjuangan yang dilakukan di masanya.
Ketua pelaksana Hari Santri 2019, H AR Jauharuddin Alfatih mengungkapkan, merefleksi sejarah perjuangan santri adalah sebuah upaya mengenal jati diri santri yang sesungguhnya. Hal itu juga menjadi pijakan para santri yang hidup saat ini, khususnya dalam hal sikap nasionalisme.
"Betapa pentingnya perjalanan sejarah bangsa ini. Tanpa sejarah tidak akan mengetahui langkah dan pijakan dimana dan kemana. Bedah Buku Laskar Hizbullah ini adalah titik penting untuk mengenal siapa kita," ujarnya saat memberikan kata sambutannya.
Para santri di Jombang khususnya, menurut Ketua Pengurus Cabang (PC) Rabithah Ma'hid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jombang ini punya andil yang cukup besar untuk pembangunan bangsa dan Negara Indonesia ini. Salah satu di antaranya mereka yang memantapkan dirinya menjadi anggota Laskar Hizbullah, dan siap perang melawan penjajah.
Bahkan perekrutan anggota Hizbullah di Jombang ini dilakukan di Pesantren Tambakberas, Jombang. Hal ini cukup bisa memberi pemahaman bahwa kalangan pesantren dan santrinya demikian cinta kepada bangsa dan negaranya.
Lebih jauh Ketua Umum Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, KH Wafiyul Ahdi saat membuka acara ini mengungkapkan, santri yang saat ini masih belajar di pesantren hendaknya tidak meninggalkan perjalanan sejarah santri. Buku-buku yang mengungkap terkait sejarah perjuangan santri perlu untuk dipelajari.
"Terlebih santri Tambakberas harus bisa mengetahui sejarah ini. Bahkan pernah sekolah di Tambakberas ditutup saat para santri harus pergi ke Surabaya mengikuti proses rekrutmen Laskar Hizbullah," ucapnya.
Sementara penulis buku, Moch Faisol mengatakan, bukunya itu bisa dijadikan referensi kalangan santri. Pasalnya buku itu ditulis dengan referensi yang cukup komplit, sehingga terhindar dari unsur fiksi.
"Buku saya ini bukan termasuk karangan non fiksi. Jadi semuanya ada sumber-sumber yang memadai. Bahkan salah satu tokoh yang dibahas adalah bapak saya sendiri sebagai anggota Laskar Hizbullah saat itu," tuturnya.
Ia menjelaskan, anggota Laskar Hizbullah direkrut hanya dari kalangan santri. Mereka dilatih khusus untuk menghadang para penjajah. "Usia anggota Laskar Hizbullah di atas 16 tahun dan di bawah 25 tahun. Mereka yang sudah di atas 25 tahun ikut pasukan Sabilillah," jelasnya.
Hadir pada kegiatan ini, pembanding bedah buku, H Sholahul Am Notobuwono. Pantauan di lokasi puluhan peserta dari kalangan santri, siswa dan mahasiswa Jombang antusias mengikutinya.
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Muhammad Faizin