Daerah BANJIR SUMATRA

Sepekan Tanpa Layanan Medis, Warga Pidie Jaya Mulai Sakit Termasuk Anak-Anak

NU Online  ·  Kamis, 4 Desember 2025 | 06:00 WIB

Sepekan Tanpa Layanan Medis, Warga Pidie Jaya Mulai Sakit Termasuk Anak-Anak

Pengungsi banjir di Pidie Jaya, Aceh. (Foto: dok Helmi Abu Bakar)

Pidie Jaya, NU Online

 

Memasuki hari ketujuh banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Aceh, kondisi kesehatan warga terdampak semakin memprihatinkan. Hingga Rabu (3/12/2025) kemarin, belum terlihat adanya posko kesehatan maupun distribusi obat-obatan di kawasan banjir, termasuk di Kecamatan Meurah Dua, salah satu wilayah yang masih tergenang sejak hari pertama bencana.

 

Sekretaris PC GP Ansor Pidie Jaya, Tgk Muhammad, membenarkan ketiadaan layanan kesehatan darurat tersebut. Menurutnya, kebutuhan medis warga kini sudah masuk kategori darurat.

 

“Banyak anak-anak mengalami flu, gatal-gatal, hingga demam. Ada juga ibu hamil yang kesulitan mendapatkan pemeriksaan,” ujarnya.

 

GP Ansor Pidie Jaya saat ini berfokus membantu evakuasi warga, distribusi logistik, serta mendata kebutuhan kesehatan mendesak untuk segera disampaikan kepada pemerintah daerah dan lembaga kemanusiaan.

 

“Kami berharap Dinas Kesehatan, BPBD, serta lembaga medis seperti PMI dan relawan kesehatan segera turun. Ini bukan lagi tahap kewaspadaan, tetapi sudah keadaan darurat medis,” tegasnya.

 

Ia juga menekankan bahwa bantuan kesehatan harus menjadi prioritas setelah pemenuhan logistik dasar.

 

“Air bisa surut, rumah bisa dibersihkan. Tetapi kalau warga sakit tanpa obat, ini bisa menjadi bencana kesehatan berikutnya,” tambahnya.

 

Warga Mengandalkan Obat Seadanya

 

Anggota Ansor Pidie Jaya sekaligus warga Meurah Dua, Teuku Muyasir, mengatakan sebagian warga mulai menggunakan obat seadanya, bahkan ramuan tradisional karena tidak memiliki pilihan lain. Kekhawatiran masyarakat meningkat seiring munculnya gejala penyakit leptospirosis dan infeksi kulit akibat paparan air banjir yang terlalu lama.

 

Menurutnya, banjir yang berlangsung hampir sepekan ini berpotensi memicu gelombang penyakit pascabencana seperti diare, ISPA, penyakit kulit, hingga infeksi saluran pernapasan—terutama pada anak-anak dan lansia.

 

“Kondisi ini benar-benar menyayat hati. Para pengungsi masih bertahan di meunasah sebagai tempat berlindung, sementara sebagian lainnya dirawat seadanya di Puskesmas Meurah Dua. Bantuan makanan pun belum merata—ada yang mendapat, ada pula yang menahan lapar karena stok terbatas,” ujarnya.

 

Lebih memprihatinkan, hingga hari ini belum ada distribusi obat-obatan ke wilayah tersebut.

 

“Kebutuhan pakaian, perlengkapan harian, dan perlindungan dari dingin juga sangat kurang. Situasi ini tidak bisa dibiarkan. Mereka tidak hanya butuh simpati, tetapi bantuan nyata dan segera. Pemerintah harus hadir melalui Dinas Kesehatan dan lembaga lain untuk mengatasi kondisi terburuk ini,” pintanya.

 

Keluhan Warga Mulai Meningkat

 

Sejumlah warga juga mengeluhkan gangguan kesehatan akibat terpapar air banjir yang bercampur lumpur dan limbah rumah tangga. Di Desa Meunasah Bie, warga mulai terserang penyakit kulit, demam, flu, hingga gangguan pernapasan.

 

Rusli (53) menuturkan kondisinya dua hari terakhir. “Sudah dua hari kaki saya gatal dan perih. Air banjir ini membuat luka semakin sakit. Selama banjir belum ada tenaga kesehatan yang datang,” ungkapnya.

 

Keluhan serupa datang dari Cek Nyak (42), yang mengaku mengalami batuk, radang tenggorokan, dan sakit kepala sejak rumahnya terendam.

 

“Saya sangat butuh obat. Mau beli tidak ada yang jual, bantuan pun belum pernah sampai ke sini,” ujarnya dengan nada lemah.

 

Hingga berita ini diterbitkan, belum ada konfirmasi resmi dari otoritas kesehatan mengenai rencana pembukaan posko medis di kawasan terdampak banjir.

 

Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang