Ahmad Naufa
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ning Imaz Fatimatuz Zahra ditanya, bagaimana hukum perempuan melantunkan kasidah atau lagu-lagu religi? Ia pun menjawab: jika menghukumi kasidah artinya menghukumi suara perempuan, dalam konsep hukum fiqih bukanlah termasuk aurat.
Baca Juga
Dialektika Jilbab dan Aurat Perempuan
“Jika membahas mengenai kasidah, berarti membahas mengenai suara perempuan. Dalam hukum fiqih, ulama mengatakan bahwa suara perempuan bukanlah termasuk aurat,” ujarnya dalam tayangan YouTube NU Online, Kamis (7/7/2022) pekan lalu dilihat NU Online pada Rabu (13/7) malam.
Meski demikian, aktivis bahtsul masail itu memberi catatan kritis. “Namun, dengan catatan, dalam penyampaian suara tersebut tidak dibuat-buat atau tidak sengaja untuk menggoda lawan jenis, ” ungkap Ning Imaz.
Lebih lanjut, putri KH Kholiq Ridlwan Lirboyo Kediri ini mengatakan bahwa dalam kasus kasidah di sini justru mengandung perkara yang ma'ruf yaitu shalawatan.
Baca Juga
Kedudukan Suara Perempuan, Apakah Aurat?
Menurut dia, shalawatan ada syiarnya yang dapat mengajak orang lain untuk menyukai shalawat, daripada terus mendengarkan lagu-lagu Barat, misalnya.
“(Kasidah shalawat) ini kan juga ketika diniati untuk mensyiarkan Islam, untuk memuji Nabi, itu justru sesuatu yang amat baik, sehingga hukumnya tentu saja diperbolehkan,”tegasnya.
K-Pop dan Idola Perempuan
Terpisah, Ning Imaz juga merespons fenomena fans fanatik K-Pop yang seperti mendewakan sang idola. Menurut dia, hal itu kurang baik. Ketika mengidolakan orang lain mesti mengetahui batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar.
Baca Juga
Suara Perempuan, Perhatikanlah
“Karena kadang perempuan jika sudah perasaannya terlalu diaduk-aduk, akhirnya dia tidak bisa memilah, mana yang seharusnya: ini dunia nyata, ini dunia maya,” tutur Ning Imaz.
Menurut dia, para fans kadang menghabiskan seluruh waktu mereka untuk melihat K-Pop, kemudian mengikuti semuanya, dan membeli barang-barang yang direkomendasikan oleh mereka.
“Itu menurut saya berlebihan. Suka ya sekadar suka, melihat, kemudian mungkin, (tahu) perkembangannya sedikit-sedikit. Namun, perlu diketahui bahwa dalam hidup ini kita punya tanggung jawab dan PR untuk belajar, serta memberi manfaat kepada sekitar. Pesan saya supaya tidak terlena,” jelas Ning Imaz.
Baca Juga
Nasida Ria, Kasidah Legendaris
Ia menyarankan untuk mengambil inspirasi dari sosok yang diidolakan. “Setiap yang memiliki peran pasti bisa diambil kebaikannya. Sehingga apabila melihat yang inspiratif, ambil mana yang baik,” tutur pengagum Najwa Shihab dan putri Gus Dur ini.
Ditanya soal kriteria yang tepat diidolakan, ia menggambarkan seseorang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Sosok yang mampu mengelola dirinya sendiri, sebelum mengelola orang lain. Selain itu, juga perempuan yang mengaktualisasikan dirinya.
“Saya sangat menyukai sekali perempuan-perempuan yang tahu apa yang harus dia lakukan dalam hidup ini. Kemudian dia memiliki langkah yang nyata menuju hal itu, dan tidak mengisi kehidupan itu untuk hal-hal yang tidak berguna,” terangnya.
“Dalam artian, dia mengaktualisasikan dirinya, sehingga kehidupannya tidak hanya stagnasi. Setelah menikah, dia tetap memiliki kiprah dalam bidangnya masing-masing,” pungkas Ning Imaz.
Kontributor: Ahmad Naufa
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua