Jember, NU Online
Pesantren mahasiswi Al-Husna Jember, Jawa Timur merayakan Hari Santri dengan menggelar kegiatan ngaji bareng. Kegiatan tersebut mengundang KH Abdul Haris sebagai pemateri dengan tema Dedikasi Santri untuk Negeri dengan Ridla Ilahi.
Bertempat di auditorium pesantren, kegiatan ini dihadiri seluruh santri dan segenap jajaran pengurus Pondok Pesantren Mahasiswi Al-Husna.
Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswi Al-Husna, KH Hamam mengatakan santri harus menjadi pelopor kebaikan. Hal ini karena santri sebagai penerus perjuangan para ulama. Dan hendaknya jauh dari maksiat agar mendapatkan ridla dari Allah SWT.
"Tujuan peringatan Hari santri yang diselenggarakan di Al-Husna ini diharapkan para santri memiliki wujud dedikasi yang nyata bagi bangsa. Sebagai pelapor amal kebaikan. Caranya harus menjadi manusia yang berkualitas demi masa depan negeri kita. Berkualitas yaitu memiliki ilmu yang banyak, budaya saing yang kuat, serta mau mengabdi kan ilmunya," jelasnya, Ahad (21/10).
Kiai Hamam juga mengingatkan perlunya santri berusaha memaksimalkan ikhtiar kemanusiaan dan doa. Karena menurutnya, dengan begitu ilmu yang dimiliki santri lebih bermanfaat bagi orang lain. “Manfaat tersebut bisa menjadi amal penolong di akhirat nanti,” ungkapnya.
Dalam pandangannya, manusia secara keseluruhan hanya numpang tidur dan makan. “Namanya mampir itu sebentar. Maka jangan sampai ketika akan mati santri belum siap untuk bawa bekal apa-apa," ujarnya.
Sementara itu, KH Abdul Haris mengatakan bahwa persyaratan untuk orang yang berdedikasi atau mengabdi terlebih dahulu harus berkualitas. Oleh karena itu, untuk mengabdi bagi bangsa dan umat, santri harus multitalenta. Dengan begitu santri bisa berada di berbagai lini dan bisa dalam banyak bidang.
"Ilmu itu punya rumus yang tetap, ketika kamu memberikan totalitas kepada ilmu, maka pasti kamu akan menjadi orang yang ahli,” katanya. Kalau sudah menjadi ahli maka siap mengabdi. Bermanfaat dan berguna bagi banyak orang. Santri harus multitalenta, tak harus jadi kiai semua, lanjutnya.
Momentum Hari Santri harus dimanfaatkan untuk menata niat kembali. Niat santri yang masih di pesantren yaitu mencari ilmu untuk menghilangkan kebodohan dan bermanfaat. “Khusus santri yang sudah berada di masyarakat, niatnya mengabdi untuk bangsa dan negara,” jelasnya. Dengan begitu, santri tak boleh banyak sambat atau menyalahkan keadaan. Fokus pada niat baik saja, lanjutnya.
Dalam pandangannya, sukses bukan kebetulan. “Sukses itu harus direncanakan, sukses itu harus ditirakati, dan sukses itu diawali dengan niat kuat serta benar. Ayo ditata lagi niatnya," tandasnya. (Syarif Abdurrahman/Ibnu Nawawi)