Daerah GURU AGAMA

Tanggung Jawab Dunia Akhirat, Tapi Ketinggalan Sertifikat

Sabtu, 15 September 2012 | 08:12 WIB

Semarang, NU Online
Guru Pendidikan Agama Islam  (PAI) secara teknis memang sama dengan guru mata pelajaran lain. Dijatah sekian jam dan dibayar atas jam mengajarnya. Namun secara sosial memiliki tanggungjawab dunia dan akhirat. 
<>
Setiap ada murid bermasalah secara moral, meski di luar lingkungan sekolah, guru agamalah yang disebut-sebut. 

“Bocah kok nakal, guru agamanya siapa sih?,” begitu kalimat nyinyir yang sering diucapkan orang yang sedang mengetahui ada anak usia sekolah berbuat yang kurang pantas. 

Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat SLTP Kota Semarang, Drs H Multazam Ahmad MA menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara dalam halal bihalal MGPM PAI Kota Semarang di Aula kantor perwakilan penerbit Erlangga Semarang, belum lama ini.  

Multazam yang menjadi pengurus MUI Jateng ini menyatakan prihatin atas situasi seperti itu. Guru agama selalu menjadi tumpuan segala-galanya tentang moral anak. Sehingga tanggungjawabnya adalah dunia sampai akhirat. Orang tidak mau tahu faktor lain, semua soal akhlak dianggap tanggungjawab guru agama. 

“Para orang tua dan masyarakat memiliki ekpektasi sangat besar. Guru agama ibaranya harus menyelamatkan para anak didik selamat dunia dan akhirat. Tapi nasibnya sungguh masih berat,” ujar Sekretaris Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Tengah ini.  

Ia terangkan, dengan tanggungjawab seberat itu, sampai kini mayoritas guru agama Islam di Kota Semarang belum bersertifikat. Ketika para guru mata pelajaran lain telah menikmati honor dari pemerintah melalui program sertifikasi, para guru penjaga moral dunia akhirat ini hanya mendapat doa dan ajakan untuk bersabar. 

“Para guru agama Islam di Kota Semarang ini mayoritas belum tersertifikasi. Kita selalu diajak terus berdoa dan diajak untuk sabar,” tutur pengamat media ini sambil tertawa. 

Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Bunyamin dalam sambutannya membenarkan keluhan tersebut. Dia berjanji akan terus memperjuangkan, tetapi tetap meminta agar para guru PAI bersabar atas realisasinya. 

“Saya terus memperjuangkan bersama Kantor Kemenag Kota Semarang. Tapi memang harus tetap bersabar. Jenengan semua ini levelnya sudah sangat ikhlas, jadi tidak mungkin tidak sabar,” tuturnya dengan nada bercanda. 

Bunyamin menyatakan, hidup itu sawang-sinawang (saling melihat orang lain). Guru yang mendapat tunjangan sertifikasi belum tentu lebih bahagia, demikian pula yang belum sejahtera secara materi belum tentu tidak bahagia. Jadi sambil terus berjuang, ia tetap mengajak pasrah kepada Allah Yang Maha Memberi Kecukupan. 

Sementara itu pejabar Kantor Kemenag Semarang H Yazid Jamil Mag dalam sambutannya menyatakan, nasib guru PAI memang tidak terperhatikan. Di struktur lembaga kementrian pusat, ada jabatan direktur Pendidikan Agama Islam yang mengurusi guru PAI di madrasah, sekolah negeri maupun swasta. 

Namun di tingkat propinsi, yakni Kanwil Kemenag maupun tingkat Kabupaten, tidak ada pejabat yang mengurus guru PAI. Unit untuk itu digabung dalam Bagian Madrasan dan Pendidikan Agama (Mapenda). PAI hanya menjadi seksi atau sub unit dari Mapenda. 

“Memang guru PAI tidak mendapat perhatian penuh karena di tingkat kabupaten/kota dan propinsi tidak ada unit yang mengurusnya. Jadi strukturnya terputus dengan direktur PAI di Kemenag RI,” ungkapnya. 

Selanjutnya, Ketua MGMP PAI Tingkat SLTP Jawa Tengah Muhammad Ahsan menambahkan, para guru PAI tidak punya pilihan lain selain terus mendidik para murid sebaik-baiknya dan terus menjadi teladan moral bagi siapa saja. Usaha memperjuangkan nasib tetap jalan terus tanpa perlu memikirkan hasilnya. Sebab menurutnya, Gusti Allah itu melihat usaha hamba-Nya, bukan hasil usaha sang hamba. Sebab soal hasil itu terserah Allah, sebab Allah sendiri yang akan membalasnya dengan cara Tuhan sendiri. 

Sementara perwakilan penerbit Erlangga Hermawan Dwi Cahyo menyampaikan kesediaannya untuk terus mendukung kegiatan MGMP PAI dan bekerjasama untuk penerbitan buku-buku agama Islam. 

Acara yang dihadiri 70-an guru agama Islam itu diakhiri dengan salam-salaman. Kepala Dinas Pendidikan Bunyamin yang datang bersama istrinya mengaku senang sekali dengan halal-bihalal tersebut. 


Kontributor: Ichwan