Pariaman, NU Online
Armaidi Tanjung dalam penyampaiannya mengatakan, kader yang berproses dalam PMII haruslah mempertimbangkan dan selalu menjadikan acuan tasawuf dalam setiap gerakannya. "Artinya, kader PMII dalam setiap gerakannya harus mengaju pada nilai-nilai yang dijalankan para penganut tasawuf," tandas kontributor senior NU Online ini.
Hal itu diungkapkan saat diskusi Ngobrol Jenjang Kader (Ngojek) perdana, Sabtu (6/7) malam, di Sekretariat PMII Kota Pariaman, Jalan M Rasyid No 45 Simpang Jagung Kota Pariaman.
Menurutnya, kader PMII harus mampu menjadi kader yang memiliki sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan, dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.
"Sasaran tasawuf adalah akhlak dan budi pekerti yang baik berdasarkan kasih dan cinta kepada Allah. Oleh karena itu, maka ajaran tasawuf sangat mengutamakan adab/nilai cara, baik dalam berhubungan dengan sesama manusia, manusia berhubugan dengan Tuhan dan manusia berhubungan dengan alam.
"Tasawuf mengajarkan kepada manusia untuk selalu menjaga etika, adab, moral kepada Allah, manusia dan alam," kata Armaidi Tanjung.
Menurutnya, Islam mengatur bagaimana adab berhubungan dengan sesama manusia. Tidak hanya sesama muslim, tapi juga dengan non-muslim pun harus memiliki adab.
"Ketika Nabi mendengar ada penduduk Madinah beragama Yahudi terbunuh, Nabi Muhammad segera memobilisasi dana masyarakat untuk kemudian diberikan kepada pihak keluarganya. "Barang siapa yang membunuh non-muslim, maka ia akan berhadapan dengan saya," tegas Rasulullah.
"Ini membuktikan bagaimana Nabi Muhammad SAW menjelaskan hubungan manusia sesama manusia tanpa mengenal agama maupun suku yang berbeda," imbuh Armaidi mengutip dalam sebuah kisah Nabi Muhammad SAW saat berada di Madinah.
Dijelaskan, kondisi sekarang memang jauh berbeda. Jangankan dengan non-muslim, sesama muslim saja terkadang saling caci-maki, bunuh-bunuhan, kafir-kafiran. Merasa benar sendiri. Apalagi selalu mengatasnamakan agama melakukan sesuatu, sekalipun yang dilakukannya sesungguhnya tidak sesuai dengan contoh tauladan yang diberikan Nabi Muhammad SAW.
"Hal itu wajar terjadi, karena memang umat muslim, terutama generasi muda, termasuk mahasiswa, sangat minim membaca sejarah kehidupan Nabi Muhammad. Saya tanya, dari yang hadir ini berapa orang yang sudah membaca buku sejarah Nabi Muhammad yang 300 atau lebih halamannya. Kalau belum pernah baca, apalagi paham, wajar tak tahu bagaimana harus berhubungan dan bersikap terhadap orang yang berbeda, agama, suku, ras maupun kelompok," tutur Armaidi yang juga Pengurus Dewan Pendidikan Kota Pariaman ini.
Sekteraris Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Pariaman, Sumatera Barat, Mulya Rizki mengatakan untuk meningkatkan kualitas pengurus dan kader, PMII Pariaman menggelar Ngobrol Jenjang Kader (Ngojek) berkala.
"Dengan Ngojek pengetahuan dan pemahaman kader PMII Kota Pariaman tidak hanya diperoleh melalui Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) dan pelatihan kader selanjutnya, yakni pelatihan kader dasar (PKD), lanjut (PKL) dan nasional (PKN) saja," ujarnya.
Menurut Rizki, Ngojek perdana ini menghadirkan narasumber Pendiri PMII Kota Pariaman Armaidi Tanjung dengan tema, "Tasawuf Sebagai Acuan Pergerakan Universal". Ngojek dipandu Poni Irwanto Tuanku Bagindo Mangkuto. "Ke depan Ngojek rutin dilakukan secara berkala dengan pemateri dan tema yang berbeda," kata Rizki menambahkan.
Untuk itu, di hadapan sekitar 40-an orang pengurus dan kader PMII Kota Pariaman Armaidi mengajak, sebagai generasi muda umat muslim dan kader PMII Kota Pariaman harus mulai membaca dan memahami perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Sekaligus mengaplikasikannya dalam kehidupan. (Red: Muiz)