Wonosobo, NU Online
Tidak ketinggalan dengan Badan Otonom (Banom) yang lain, dalam rangka memperingati Hari Santri Tahun 2019, Pimpinan Cabang (PC) Muslumat Nahdlatul Ulama (NU) dan Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Wonosobo, Jawa Tengah menggelar Training Of Muballighat (ToM).
Kegiatan yang berlangsung pada Jumat-Sabtu, (25-26/10) bertempat di Aula KBIH Ar-Rahmah Wonosobo diikuti 60 calon Mubalighat dari tiap PAC Fatayat dan Muslimat se-Kabupaten Wonosobo.
Ketua PC Muslimat NU Nyai Umi Fatmah mengatakan, dalam kegiatan TOM, peserta Mubalighat akan dikuatkan salah satunya tentang pemahaman bahaya radikalisme dan hoaks.
"Ini merupakan keinginan bersama untuk merapatkan barisan, yang Insyaallah bakal lebih gesit dalam menangkal radikalisme di era digitalisasi dan tentunya semakin kukuh dalam meneguhkan akidah Ahlussunnah Wal Jamaah," terangnya.
Dalam sambutannya, Ketua PCNU Wonosobo Kiai Ngarifin Shiddiq meyakini tentang tantangan dakwah kekinian.
Dirinya bercerita bahwa beberapa bulan lalu ada rilis tentang daftar mubaligh yang populer. Dan menurutnya sangat sedikit sekali di kalangan nahdliyin yang masuk deretan populer tersebut.
"Di mana sumber datanya (populer) tersebut bukan dari jam terbang diundang ke mana-mana untuk ngisi ceramah. Melainkan diukur dari seberapa sering di unggah dan dilihat di media sosial. Dan harus disadari bahwa kita memang ketinggalan," paparnya.
Dijelaskan, kenapa harus bisa mengikuti juga mubaligh yang biasa dakwah melalui media sosial?, karena menurutnya orang kekinian, lebih senang dengan hal yang instan.
"Salah satunya dengan mendengarkan pengajian lewat media sosial," paparnya.
Ketua PCNU berpesan bahwa seorang mubaligh dan mubalighat harus bisa dakwah perlahan secara bertahap dan harus bisa memahami peta daerah untuk berdakwah. Yakni menurutnya bisa mengetahui kelebihan, kekurangan, problem masyarakat, celah untuk mentampaiakan dakwah, dan yang lainnya dan tentu menurutnya harus bisa menyampaikan pesan sederhana tetapi mengena.
"Yang namanya menyampaikan pesan dakwah, mubaligh harus tahu siapa yang didakwahi. Sampaikan dengan bahasa sederhana yang mudah dimengeri audien, akan tetapi jangan sampai yang penting lucu," pungkasnya.
Kontributor: Nahru
Editor: Abdul Muiz