Daerah

Ulama Dayah Aceh Raih Gelar Guru Besar Ilmu Politik Islam dari Universitas Malikussaleh

Ahad, 6 Oktober 2024 | 07:00 WIB

Ulama Dayah Aceh Raih Gelar Guru Besar Ilmu Politik Islam dari Universitas Malikussaleh

Prof Tgk H Muntasir A Kadir atau Ayah Batee Iliek, Guru Besar Ilmu Politik Islam dari Universitas Malikussaleh. (Foto: dok. istimewa)

Bireuen, NU Online

Salah satu tokoh penting Nahdlatul Ulama (NU) dan Ulama Dayah di Aceh berhasil meraih gelar Guru Besar bidang Ilmu Politik Islam dari Universitas Malikussaleh. Ulama Aceh itu adalah Prof Tgk H Muntasir A Kadir atau akrab disapa Ayah Batee Iliek.


Prof Muntasir merupakan menantu dari Ulama kharismatik di Aceh yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Syekh H Hasanoel Basri HG (Abu Mudi).
Ā 

"Alhamdulillah, Prof Muntasir yang juga Ketua PCNU Bireuen berhasil meraih guru besar politik Islam Unimal (Universitas Malikussaleh) Lhokseumawe. Ini merupakan pencapaian yang sangat spektakuler, terlebih Prof Muntasir seorang ulama pimpinan dayah (pesantren) di Kota Santri Samalanga," Sekretaris PWNU Aceh Tgk H Asnawi M Amin kepada NU Online, Sabtu (5/10/2024).

Ā 
Tgk Asnawi menyebutkan, keberhasilan yang diraih Prof Muntasir adalah sebuah pencapaian yang tidak hanya membanggakan keluarga besar Nahdliyin dan Dayah Mudi Samalanga, tetapi juga menjadi tonggak bersejarah bagi dunia pendidikan dan politik Islam di Aceh.


"Prof Tgk Muntasir dikenal luas sebagai seorang intelektual yang aktif dalam kegiatan keagamaan dan pendidikan, baik di lingkungan dayah maupun di lingkup politik Islam. Sebagai Pimpinan Dayah Jami'ah Al-Aziziyah Batee Iliek Samalanga, perannya sangat besar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan pendidikan di kalangan santri," ujarnya


Tgk Asnawi mengatakan, pencapaian Guru Besar yang diraih ini menjadi bukti konkret dedikasi Prof Tgk Muntasir dalam mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu politik dalam pendidikan di Aceh.


"Sejak masa remaja dan mudanya yang dihabiskan di dunia dayah, khususnya Dayah Mudi Masjid Raya Samalanga, Prof Muntasir telah terlibat aktif dalam berbagai aktivitas dayah dan politik, menjadikannya salah satu sosok yang diperhitungkan di kalangan Nahdliyin," katanya.


Prof Muntasir tak hanya dikenal sebagai pemimpin dayah, tetapi juga seorang akademisi terkemuka di Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, kampus yang menjadi tempat baginya untuk mengembangkan pemikirannya terkait hubungan antara Islam dan politik.


Menurut Tgk Asnawi, pencapaian guru besar itu menambah daftar prestasi akademik dan keulamaan bagi Prof Tgk Muntasir. Sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Prof Tgk Muntasir juga dikenal memiliki suara penting dalam perumusan kebijakan keagamaan yang memiliki dampak langsung terhadap masyarakat luas di Aceh.


"Keberhasilan meraih gelar guru besar semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu intelektual terdepan di Aceh yang dapat menjembatani kebutuhan antara pendidikan, politik, dan agama," ujarnya.


Senada, Ketua PW Ansor Aceh Tgk H Azwar A Gani mengatakan bahwa Prof Muntasir mendapat dukungan penuh dari keluarga besar Mudi Samalanga. Hal itu jelas menjadi salah satu pilar penting dalam kesuksesan Prof Muntasir.


Tgk Azwar mengatakan, kiprah Prof Muntasir di dunia pendidikan agama dan politik tak lepas dari bimbingan serta dorongan Abu Mudi yang selama ini dikenal luas sebagai tokoh NU yang berpengaruh di Aceh.


"Pencapaian Prof Tgk Muntasir ini disambut dengan sukacita oleh kalangan Nahdliyin Aceh, khususnya para santri dan ulama yang melihat beliau sebagai sosok panutan. Banyak yang berharap dengan pencapaian ini, beliau akan semakin memperkuat peranannya dalam membawa Aceh menuju peradaban yang lebih Islami dan berkarakter," ulasnya


Azwar mengatakan bahwa dengan gelar Guru Besar Politik Islam ini, Prof Muntasir tidak hanya memperkaya khazanah keilmuan Islam di Aceh, tetapi juga membuka ruang baru untuk diskusi tentang peran agama dalam kehidupan politik modern Aceh.


Lebih lanjut, Tgk Azwar berharap agar pencapaian Prof Muntasir itu menjadi inspirasi bagi generasi muda santri untuk terus mengejar pendidikan hingga level tertinggi, tanpa melupakan akar spiritual dan tradisi keilmuan dayah.


"Pencapaian ini juga menandai momentum penting bagi dunia pendidikan dan keagamaan Aceh, yang semakin menunjukkan bahwa ulama dan intelektual dari wilayah ini memiliki kontribusi besar dalam perkembangan pemikiran Islam di Indonesia," tutupnya.