Daerah

Waspadai Upaya Sejumlah Kalangan Benturkan NU dengan Habaib

Sabtu, 17 Agustus 2019 | 07:30 WIB

Waspadai Upaya Sejumlah Kalangan Benturkan NU dengan Habaib

Refleksi kemerdekaan dan orasi kebangsaan di MWCNU Ambenten, Sumenep, Jatim.

Sumenep, NU Online
Setiap warga khususnya para pengurus hendaknya memiliki kesadaran bersama akan upaya sejumlah kalangan yang selalu siap menyudutkan kiprah Nahdlatul Ulama. Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sarana, termasuk media sosial (Medsos).
 
“Di Medsos, kelompok-kelompok tertentu sering memframing dengan menyebut orang NU itu anti kepada habaib maupun ahlul bait. Padahal kalau mau jujur, dari dulu hingga sekarang, orang-orang NU lah yang sangat hormat kepada habaib,” kata Ustadz Zainul Hasan, Jumat (16/8). 
 
Menurut Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Sumenep, Jawa Timur ini, tradisi ikramul habaib atau menghormati para habib hanya ada di NU dan di organisasi lain tidak ada tradisi itu. 
 
“Makanya, sebagai kader NU kita jangan mau diadu. Kita harus cerdas menyikapinya. Jangan mau kita dibenturkan dengan habaib,” ungkapnya pada orasi kebangsaan dan konsolidasi Kader Penggerak NU di Serrangan, Tambaagung Ares, Ambunten, Sumenep, Jawa Timur.
 
Pada acara refleksi kemerdekaan tersebut, Ustadz Zainul juga menolak gerakan radikal yang dimotori oleh sebagian habaib. 
 
“Bukan berarti kita benci pada habaibnya. Pada habaibnya kita tetap harus hormat. Karena itu adalah tradisi kita. Yang kita tolak itu gerakannya yang ingin merongrong NKRI, Pancasila dan UUD 1945 dengan menggantinya dengan khilafah atau NKRI bersyariah,” urainya. 
 
Karena dalam pandangannya, sejumlah konsensus yang telah diputuskan secara bersama oleh para pendiri bangsa memang harus terus diamankan dan dijaga sampai titik darah penghabisan. 
 
“Bagi NU, NKRI adalah harga mati yang tidak boleh diotak-atik lagi. Jika ada yang merongrongnya, maka harus berhadapan dengan NU,” tegasnya.
 
Berikutnya, kepada peserta yang hadir, dirinya mengemukakan bahwa kalau berbicara soal NKRI sebagai sebuah bentuk negara, sebenarnya sudah muncul jauh sebelum Indonesia merdeka. 
 
“Yaitu tepatnya tahun 1793 di mana terdapat sebuah dokumen yang ditulis oleh Syekh Ibrahim Bauncala dari Aceh yang menyebut bahwa Indonesia bukan negara Islam, tetapi al-jumhuriyah al-Indonesia yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ungkapnya. Jadi, jauh sebelum Indonesia merdeka, nama NKRI itu sudah ada, lanjutnya. 
 
Pada kegiatan yang dipusatkan di kediaman KH Fauzi Hasbullah selaku Rais Majelis Wakil Cabang NU Ambunten tersebut dijelaskan banyak masyarakat tidak tahu, bahwa pencipta gambar Garuda Pancasila sebagai dasar negara dan bendera merah putih itu adalah kalangan habaib. 
 
“Begitu pula lagu Syukur dan 17 Agustus 1945 merupakan karya habib,” tandasnya.
 
Ustadz Zainul kemudian menyebutkan bahwa Garuda Pancasila diciptakan oleh Habib Syarif Abdul Hamid Al qadri atau Sultan Hamid II. Demikian pula dengan lagu bedera merah putih diciptakan Habib Idrus Salim Al Jufri pada tahun 1937.
 
“Pun demikian dengan lagu Syukur dan 17 Agustus 1945 diciptakan oleh Habib Muhammad Husien Al Mutahar,” pungkasnya.
 
Refleksi kemerdekaan dan orasi kebangsaan dan konsolidasi Kader Penggerak NU tersebut dilaksanakan Pengurus MWCNU dan Pimpinan Anak Cabang Ambuenten Sumenep. Peserta adalah Pengurus MWCNU, lembaga dan pimpinan badan otonom NU, Pengurus Ranting NU, serta PKPNU se-Ambunten.
 
Tampak hadir Mustasyar PCNU, Wakil Ketua PCNU dan Tim Instruktur Wilayah PKPNU Jatim. 
 
Kegiatan diawali dengan istighotsah, serta sosialisasi hasil bahtsul masail Munas NU di Kota Banjar oleh Rais MWCNU Ambunten, KH Fauzi Hasbullah. (Ibnu Nawawi)