Nahdlatul Ulama (NU) sebagai jam’iyah sekaligus gerakan diniyah islamiyah dan ijtimā’iyah (keagamaan dan sosial kemasyarakatan), telah ada jauh sebelum negara ini merdeka. Bahkan dari segi ajarannya, benih-benih kelahiran NU muncul bersamaan dengan didakwahkan Islam oleh Nabi SAW, para sahabat tabiin yang dengan sendirinya terbentuk komunitas Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja)
Ajaran Aswaja masuk ke wilayah Nusantara sejak abad 7 M, dan berkembang abad ke 13 melalui dakwah para Walisongo. Termasuk Islam di Sulawesi Selatan pada abad itu didakwahkan oleh ulama Aswaja, Sayyid Jamaluddin al-Akbar di Tosora, wilayah Bugis Wajo, dan Tiga Datuk Aswaja di Wilayah Makassar pada abad 16.
Pada tahun 1930, KH Ahmad Bone bersama Andi Mappanyukki dan ulama sejawatnya, pertama kali membentuk organisasi Rabitatul Ulama (RU). Organisasi ini sejalan dengan paham NU. Kemudian atas prakarasa kedua ulama tersebut bersama KH Muhammad Ramli, KH Sayyid Jamaluddin Assegaf Puang Ramma, KH Saifuddin, Mansyur Daeng Limpo dan beberapa ulama selainnya, menjadikan RU sebagai Nahdlatul Ulama pada tanggal 8 April 1950, atas restu KH Wahid Hasyim yang saat itu sebagai Ketua PBNU.
KH Ahmad Bone (wafat 12 pebruari 1972 dalam usia 102 tahun), terpilih sebagai Ketua NU pertama di Sulawesi Selatan. Beliau pada masanya memusatkan pengajian Aswaja dan merekrut jamaah NU di daerah Bugis bersama Andi Mappayukki. KH Muhammad Ramli bersama Andi Jemma memusatkan dakwah Aswaja di daerah Luwu. Puang Ramma sebagai wakil Ketua NU di zaman itu, memusatkan dakwah di Kabupaten Gowa dan Makassar.
Puang Ramma sejak tahun 1961 sebagai Qadhi Gowa, yang sebelumnya yakni 1956-1959 bersama K Muh Ramli mewakili NU sebagai Dewan Konstituante di Bandung. Saat menjalankan tugasnya sebagai anggota dewan, KH Muh Ramli wafat pada 3 Februari 1958 di Bandung, dan dimakamkan di Pemakaman Arab, Bontoala, Makassar. Sepeninggal ulama NU ini, Puang Ramma tetap di dewan dan menjalankan tugas sampai akhir periode, selanjutnya Puang Ramma mewakili NU di DPRD Sulawesi Selatan.
Sejak Muktamar NU ke-27 Situbondo, yang menetapkan bahwa NU kembali ke khittah 1926, Puang Ramma, tidak lagi menjadi anggota dewan, namun tetap berkonsentrasi pada pengkhidmatan NU, sampai akhirnya Puang Ramma dipercaya menjadi Wakil Ketua NU Sulsel tahun 1977-1982, selanjutnya menjabat mustasyar PWNU Sulawesi Selatan sampai akhir hayatnya.
Memasuki tahun 1982, AGH Sanusi Baco sebagai Rais Syuriah NU Sulawesi Selatan, lebih aktif mengembangkan sayap NU di daerah ini, di dampingi Ketua Tanfizdiyah, KH Abddurrahman B (1982-1987), KH Abd Rahman K (1987-2002), H Harifuddin Cawidu (2002-2005), KH Zein Irwanto (2006-2013) dan Prof. Dr. H.Iskandar Idy (2013-sekarang).
Struktur kepengurusan NU di Sulawesi Selatan, pada awal terbentuknya sampai sekarang mencerminkan konfigurasi sosial masyarakat Bugis-Makasar, dengan empat pilarnya, yakni to panrita (ulama), to sugi (pengusaha), to acca (cendekiawan), to warani (kaum bangsawan dan anak muda). Keempat pilar ini dihimpun dalam jajaran pengurus dan karena kekuataan massa yang dimilikinya.
Database PCNU yang tersebar di Sulawesi Selatan dalam struktur kepengurusan mulai dari Mustasyar, Syuriyah, A’wan dan Tanfidziyah rata-rata 50 orang dikali 24 Kabupaten/Kota sebanyak 1.200, ditambah perangkat banom, dan lembaga sampai ke tingkat Kecamatan (MWC) dan desa/kelurahan (Ranting) yang aktif berkisar 3.600 orang diakumulasi dengan jamaah Nahdliyyin di akar rumput dua kali lipat, yakni 7.200 orang kali 24 kabupaten/Kota sebanyak 288.000. Ini belum termasuk pengurus di tingkat wilayah PWNU Sulawesi Selatan lengkap dengan perangkatnya sebanyak 552, sehingga secara totalitas tercatat 288.552 orang.
Database perguruan tinggi NU di bawah naungan Yayasan Al-Gazali, civitas UIM dan mahasiswanya 12.015. STAI al-Gazali Watampone, 414. STAI Al-Gazali Soppeng, 331. STAI Al-Gazali Barru, 299. STAI Al-Gazali Bulukumba, 382, semuanya berjumlah 13.441. Jumlah sekolah/madrasah/pesantren Maarif NU di Sulawesi Selatan dengan jumlah 102 unit, lengkap dengan data guru dan peserta didik mencapai angka 899.000. Ini belum dihitung jumlah alumninya dan termasuk alumni Perguruan Tinggi NU 13.441 dengan taksiran rendah dua kali lipat, mencapai 1.824.882.
Database GP Ansor tahun 2016 mencapai angka 1.600-an termasuk anggota Banser. Data tersebut jika digabungkan dengan jumlah pemuda NU yang beraktivitas di IPNU/IPNNU, Fatayat, PMII, LSM GMNU dan NGO NU tercatat 1.115.788.
Dengan demikian, kisaran jumlah jamaah Nahdliyin di Sulawesi Selatan saat ini, berada pada angka 3.339.222, atau hampir mencapai seperdua dari jumlah penduduk Sulawesi Selatan.
Mahmud Suyuti, Sekretaris LP Ma’arif Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan