Syaikhona Kholil Bangkalan, Inspirator Gerakan Nasionalisme Pesantren
NU Online · Rabu, 19 November 2025 | 21:00 WIB
Bushiri
Kolomnis
Kebangkitan nasional pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 merupakan bagian dari dinamika besar yang terjadi di berbagai kawasan dunia. Ide tentang nasionalisme dan gerakan kemerdekaan tengah berkembang, dan wilayah Hindia Belanda ikut merasakan pengaruhnya.
Di Nusantara, sejumlah organisasi muncul sebagai tanda bahwa kesadaran kolektif mulai tumbuh. Budi Utomo memprakarsai langkah awal itu, kemudian lahir Indische Partij, Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV), Sarekat Islam, Perhimpunan Indonesia, serta Muhammadiyah. Beragam gerakan ini lahir sekitar tahun 1900 hingga 1915 dan menjadi pendorong tumbuhnya semangat kebangsaan.
Pada saat yang sama, para ulama pesantren merasakan kebutuhan akan sebuah wadah perjuangan yang lebih dekat dengan tradisi keilmuan dan spiritualitas. Mereka melihat adanya ruang kosong yang harus diisi oleh gerakan yang berlandaskan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Kegelisahan yang muncul tidak hanya menyangkut kondisi lokal, tetapi berkembang menjadi kesadaran kebangsaan yang dipicu oleh kepedulian terhadap arah bangsa dan umat.
Dalam suasana seperti inilah Syaikhona Muhammad Kholil tampil sebagai figur penting. Beliau menjadi sumber inspirasi para ulama dalam merumuskan langkah perjuangan yang sesuai dengan tradisi keilmuan pesantren serta selaras dengan semangat kebangkitan nasional yang sedang menguat.
Syaikhona Kholil tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menanamkan nilai cinta tanah air kepada para santrinya. Salah satu buktinya adalah sebuah manuskrip yang berisi pemikiran beliau mengenai nasionalisme. Di dalamnya, beliau mengutip sebuah jargon yang berbunyi:
حب الأوطان من الإيمان
Artinya: “Cinta tanah air adalah bagian dari iman.”
Melalui pengajaran di mimbar, majelis ilmu, dan kegiatan pendidikan sehari-hari, beliau terus menanamkan semangat perjuangan serta kecintaan terhadap tanah air. Sikap keberanian untuk menolak ketidakadilan pemerintah kolonial Hindia Belanda juga menjadi bagian dari ajaran beliau. Nilai-nilai kebangsaan yang disampaikan menjadi bagian penting dari kurikulum nonformal pesantren. Pelajaran agama diajarkan berdampingan dengan nilai cinta tanah air pada masa ketika penjajahan memberi tekanan besar kepada masyarakat di Nusantara. (Muhaimin dkk., Syaikhona Kholil: Guru Para Ulama & Pahlawan Nasional, [Bangkalan, Orang-orang Madura, 2022], hlm. 222)
Manuskrip tersebut menunjukkan bahwa jauh sebelum Indonesia merdeka, Syaikhona Muhammad Kholil telah menyebarkan konsep hubbul wathan melalui pengajaran dan karya tulisnya. Pemikiran tentang cinta tanah air kemudian berkembang lebih luas melalui murid-murid beliau. Di antara mereka terdapat Kiai Abdul Wahab Hasbullah yang kelak menjadi tokoh berpengaruh dalam gerakan kebangsaan dan pendirian Nahdlatul Ulama.
Gagasan nasionalisme yang dibangun oleh Syaikhona Kholil memiliki keterikatan kuat dengan para guru beliau pada masa menuntut ilmu. Salah satu yang paling berpengaruh adalah Syekh Nawawi al Bantani. Cara Syekh Nawawi menanamkan semangat kebangsaan melalui kajian kitab dan pengajaran di langgar menjadi teladan yang kemudian dilanjutkan oleh Syaikhona Kholil. Melalui jalur pendidikan pesantren, beliau menyampaikan pentingnya kesadaran kebangsaan sekaligus menguatkan karakter para santri.
Pilihan metode pendidikan ini tampak sebagai strategi yang matang. Syaikhona Kholil mengetahui pengalaman pahit gurunya ketika menghadapi tekanan keras dari pemerintah kolonial. Pondok dan langgar Syekh Nawawi pernah dibubarkan oleh Hindia Belanda akibat dakwah beliau yang tegas menolak penjajahan.(Muhaimin dkk., hlm. 221)
Pengalaman itu memberi pelajaran bahwa pendidikan adalah ruang aman yang mampu menjaga kesinambungan nilai kebangsaan. Melalui kegiatan belajar yang konsisten serta keteladanan seorang guru, santri memperoleh wawasan baru mengenai jati diri bangsa. Nilai yang disampaikan melalui proses pendidikan menyentuh hati para murid dan perlahan membentuk prinsip yang mengakar kuat.
Dari lingkungan inilah tumbuh kesadaran yang menggerakkan nasionalisme di kalangan santri. Nilai cinta tanah air yang ditanamkan melalui pendidikan menghasilkan perubahan cara pandang dan semangat perjuangan menghadapi penjajahan. Pesantren pun berkembang menjadi pusat pembentukan karakter kebangsaan sekaligus lembaga pendidikan agama.
Keteguhan sikap Syaikhona Muhammad Kholil tampak jelas pada cara beliau menyikapi kekuasaan pemerintah kolonial. Pada sebuah amplop berkop perusahaan pelayaran Belanda Scheepsagentur voorheen J. Daendels & Co., beliau menuliskan doa berikut:
اللهم إن هذا لص سارق فاقطع يده ورجله
Artinya: “Ya Allah, orang ini pencuri. Maka potonglah tangan dan kakinya.”
Ungkapan tersebut menunjukkan kedalaman rasa tidak suka beliau terhadap kolonialisme dan segala bentuk ketidakadilan yang dilakukan penguasa. Bagi beliau, menolak kezaliman bukan hanya urusan sosial atau sikap politik, tetapi bagian dari integritas iman dan harga diri sebagai bangsa.
Peran Syaikhona Muhammad Kholil dalam membangkitkan nasionalisme pesantren menunjukkan bahwa tradisi keilmuan, spiritualitas, dan kecintaan kepada tanah air dapat berjalan beriringan. Melalui pendidikan yang penuh keteladanan, beliau membimbing para santri untuk memahami bahwa membela negeri adalah bagian dari tanggung jawab moral dan keimanan.
Warisan pemikiran ini kemudian menyebar luas melalui murid-murid beliau dan menjadi pondasi penting dalam gerakan kebangsaan di Indonesia. Nilai hubbul wathan yang ditanamkan oleh beliau terus hidup hingga hari ini dan menjadi inspirasi bagi generasi baru untuk mengawal kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, kontribusi Syaikhona Muhammad Kholil tidak hanya tercatat dalam sejarah pesantren, tetapi juga dalam perjalanan panjang bangsa Indonesia.
Ustadz Bushiri, Pengajar di Zawiyah Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua