Saat khataman buku Khazanah Aswaja bersama Majelis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor Kabupaten Jombang di PP Al Muhsinin yang diasuh Habib Muhammad bin Salim Assegaf, Jumat (16/6).
Salah satu penulis buku, Khazanah Aswaja, Ustad Yusuf Suharto cerita pengalamannya bersama KH Soleh Qosim Sidoarjo. Pengurus LTM NU Pusat sekaligus Aswaja Center Jatim.
’’Saat mengenalkan kami para pengurus Aswaja Center yang muda-muda, Kiai Soleh Qosim selalu menyebut kami dengan panggilan kiai,” ujar Ust Yusuf pengurus Aswaja Center Jatim ini.
Alumni Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang ini pun penasaran dengan hal itu.’’Saya lalu bertanya. Kami ini kan masih muda-muda, kok sudah dipanggil kiai," ujarnya bertanya.
Kiai Soleh Qosim kemudian menjawab enteng. “ Minhum (golongan diluar NU) itu hapal sedikit ayat dan hadist sudah dipanggil ustadz. Di kita itu antrenya jadi kiai kelamaan. Bahkan antrean disebut gus (panggilan kiai muda) untuk dipanggil kiai saja sangat panjang. Sampai-sampai ada gus yang walaupun sudah tua tetap tidak dipanggil kiai,” paparnya.
Pertimbangan tersebut sangat masuk akal. Makanya Ustad Abbas Lc, yang juga pengurus Rijalul Ansor Jombang ketika memandu sesi berikutnya langsung memperkenalkan Ketua Rijalul Ansor Kabupaten Jombang Gus Latif Malik Lc, sebagai Kiai Latif. Juga terhadap Ketua Rijalul Ansor Pusat, Gus Aam, diperkenalkan sebagai Kiai Sholahul Am Notobuwono.
Alasan lain memanggil gus terhadap kiai muda juga sudah sering kita dengar dikalangan Ansor. Seperti yang disampaikan Toni Syaifuddin, Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Kesamben yang juga salah satu pengurus PC GP Ansor Jombang. Saat memanggil pengurus yang lain, beliau selalu mengawali dengan panggilan Gus.
“Gus itu adanya hanya di NU. Kalau bukan kita yang mengakrabkan panggilan itu, lalu siapa lagi?,” ujarnya saat ditanya alas an memanggil Gus pada pengurus Ansor.
"Jadi memanggil Gus untuk kiai muda itu merupakan salah satu cara syiar ke-NU-an,” jelasnya enteng. (Muslim Abdurrahman)