Riyadh, NU Online
Beberapa anggota Kerajaan Arab Saudi dilaporkan berniat mencegah Putra Mahkota Muhammad bin Salman naik tahta menjadi raja Saudi selanjutnya. ‘Perlawanan’ ini mencuat di tengah kemelut tentang kasus pembunuhan Jamal Khashoggi, jurnalis asal Saudi. Informasi ini disampaikan oleh tiga orang yang dekat dengan Kerajaan.
Muhammad bin Salman diduga terlibat dalam operasi pembunuhan Jamal Khashoggi. Kesimpulan tersebut dikeluarkan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (AS), CIA, setelah menyelidiki bukti-bukti yang ada. Bahkan, Muhammad bin Salman diduga sebagai pemberi perintah pembunuhan Khashoggi.
Kesimpulan CIA tersebut langsung dibantah Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir. Al-Jubeir menegaskan, kesimpulan CIA tersebut tidak benar dan tidak berdasar.
“Kami di Kerajaan (Saudi) tahu bahwa tuduhan semacam itu soal Putra Mahkota tidak memiliki dasar kebenaran dan kami dengan tegas menolaknya,” kata Al-Jubeir, diberitakan surat kabar Saudi, Al Sharq Al Awsat, sebagaimana dikutip laman Reuters, Selasa (20/11).
Puluhan pangeran Kerajaan dan sepupu dari Dinasti Al-Saud yang berpengaruh ingin melihat perubahan garis suksesi di Kerajaan. Namun demikian, mereka tidak akan mengambil tindakan selama Raja Salman masih hidup. Mereka sadar bahwa Raja Salman kecil kemungkinan melawan Putra Mahkotanya sendiri.
Masih menurut Reuters, saat ini juga tengah dibahas kemungkinan bagaimana Ahmed bin Abdulaziz, adik Raja Salman dan paman Muhammad bin Salman, bisa naik tahta setelah Raja Salman meninggal nantinya.
Pangeran Ahmed bin Salman merupakan satu-satunya saudara kandung Raja Salman yang masih hidup. Ia disebut-sebut mendapat dukungan dari keluarga Kerajaan, aparat keamanan, dan sejumlah negara Barat. Untuk menggantikan Raja Salman.
Sebagaimana diketahui, Pangeran Ahmed bin Abdulaziz pulang ke Saudi setelah 2,5 tahun tinggal di luar negeri.
Kepulangannya tersebut berbarengan dengan kemelut kasus pembunuhan Khashoggi. Pangeran Ahmed juga dilaporkan pernah melontarkan kritikan langka untuk kepemimpinan Kerajaan Saudi, dengan ‘menunjuk’ langsung Raja dan Putra Mahkota Saudi.
Pangeran Ahmed juga diketahui sebagai salah satu dari tiga anggota Dewan Kepatuhan Saudi yang menentang pelengseran Pangeran Mohammed bin Nayef dari posisi Putra Mahkota Saudi dan digantikan Muhammad bin Salman pada 2017.
Namun demikian, pihak Kerajaan Saudi dan pihak Pangeran Ahmed belum memberikan tanggapan atas laporan ini.
Tradisi Kerajaan Saudi mengatur agar Raja dan anggota senior Kerajaan memilih siapa yang paling pantas menjadi Raja Saudi selanjutnya. Tidak ada suksesi otomatis dari seorang ayah kepada anaknya sendiri. Bahkan saat Raja meninggal atau tidak kuat memimpin, Putra Mahkota tidak secara otomatis menjadi Raja baru. Sang Putra Mahkota masih membutuhkan pengesahan dari Dewan Kepatuhan Saudi untuk menjadi Raja selanjutnya.
Yang menarik, meski Dewan Kepatuhan Saudi menerima permintaan Raja Salman untuk menjadikan Muhammad bin Salman menjadi Putra Mahkota Kerajaan, namun mereka tidak diwajibkan mengangkat Putra Mahkota menjadi Raja selanjutnya. Terutama setelah apa yang pernah dilakukan Muhammad bin Salman. Yakni pernah berupaya menyingkirkan anggota Kepatuhan Saudi.
Muhammad bin Salman juga dianggap telah menghancurkan pilar-pilar lembaga kepemimpinan Dinasti Al-Saud –seperti keluarga, ulama, etnis suku, dan keluarga saudagar- yang sudah berlangsung selama satu abad terakhir. Langkah tersebut dipandang keluarga Kerajaan sebagai langkah destabilisasi. (Red: Muchlishon)