Yaman, NU Online
Hadramaut menjadi salah satu destinasi studi pelajar Indonesia. Pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di sana berjumlah 1.906 atau 95 persen dari total pelajar Indonesia di Yaman. Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Yaman Izzuddin Mufian Munawwar menyebut bahwa kota yang ia tinggali itu merupakan tempat yang aman dan kondusif.
“Hal ini terbukti dengan banyaknya peziarah dan pelajar yang datang dari berbagai negara, serta menjadi titik evakuasi WNI dari daerah lain ketika meletusnya konflik Yaman,” katanya melalui pesan siaran pada Senin (8/10).
Selain itu, bukti keamanan kota tersebut adalah pihaknya bebas menggelar berbagai kegiatan tanpa kendala. Bahkan, PPI, katanya, pernah mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih dalam rangkan merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di lapangan terbuka. Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan pelajar dari berbagai lembaga pendidikan.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Yaman yang bertempat di Salalah, Oman, saat ini tidak mempunyai hak dan wewenang untuk memberikan surat rekomendasi terhadap 160 pelajar yang baru saja kembali dari liburannya. Hal ini dikarenakan hak izin KBRI Yaman dicabut oleh pemerintah Yaman.
“Sedang diproses apakah akan ditarik ke Jakarta atau digabungkan dengan KBRI Oman yang berada di Muskat,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal PPI Yaman Taufan Azhari.
Lebih lanjut, Taufan menjelaskan bahwa sejak 2015 lalu, pemerintah Indonesia mengimbau agar WNI keluar dari Yaman mengingat negara yang beribukota di Sana’a tersebut masih dalam konflik. “Karena imbauan ini, KBRI Yaman sebetulnya tidak berani mengizinkan para WNI untuk masuk atau kembali ke Yaman,” katanya.
Sayangnya, lanjut Taufan, KBRI Yaman tidak pernah mengecek langsung WNI yang tinggal di wilayah Hadhramaut, khususnya Kota Tarim yang sampai saat ini tetap dalam keadaan aman dan kondusif sejak tersiarnya kabar konflik pada tahun 2013 yang berpuncak pada 2015 lalu.
Hal ini berdampak pada terlantarnya pelajar Indonesia. “Yang jadi korban adalah para pelajar Yaman yang berada di Oman saat ini,” kata A’wan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Yaman itu.
Menurut Taufan, pemerintah Indonesia masih belum berani mengingat khawatir akan keberadaan WNI di wilayah tersebut. Meskipun demikian, Kementerian Luar Negeri, katanya, sudah mengetahui keamanan Provinsi Hadhramaut.
Ia berharap agar masyarakat dapat mendoakan para pelajar Indonesia tersebut agar segala urusannya dapat dipermudah. “Doakan saja semoga semua urusan dipermudah, mereka bisa masuk Yaman dan para pelajar Indonesia selalu bisa melakukan kegiatan belajarnya dengan aman dan nyaman. Serta nantinya bisa membawa bekal ilmu yang akan dikontribusikan untuk Tanah Air kita tercinta ini,” pintanya, “ Aamiin,” imbuhnya. (Syakir NF/Zunus)