Internasional

Libya Terancam Alami Perang Saudara Berkepanjangan

Selasa, 16 September 2014 | 17:04 WIB

New York, NU Online
Tiga tahun setelah kejatuhan rejim Gaddafi, rakyat Libya masih jauh dari masa depan yang lebih baik, kata Bernardino Leon, pejabat senior PBB untuk Libya, Senin (15/9).
<>
"Peluang kecil bagi penyelesaian damai krisis saat ini tak boleh terlewatkan," kata Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Libya tersebut saat memberi penjelasan kepada Dewan Keamanan PBB. 

"Para pemimpin Libya harus bertindak cepat, dan mencari penyelesaian politik melalui dialog yang berarti dan melibatkan banyak pihak."

Muammar Gaddafi digulingkan pada Oktober 2011.

"Mengingat mendesaknya kondisi yang akan saya tindak-lanjuti dalam waktu dekat melalui kunjungan lebih jauh ke Libya," kata Leon, yang juga adalah Kepala Misi Dukungan PBB di Libya (UNSMIL).

Utusan PBB tersebut memberi penjelasan kepada Dewan 15-anggota di PBB mengenai kunjungan pertamanya ke Libya sejak pengangkatannya pada Agustus, demikian laporan Xinhua.

Pekan lalu, DK PBB mensahkan Resolusi 2174 (2014), yang juga memperketat embargo senjata dan memperluas kategori orang dan lembaga yang menjadi sasaran sanksi.

Leon, seorang diplomat Prancis yang memangku jabatan pada 1 September,  melaporkan di Libya Timur, bentrokan baru militer di Benghazi mengancam akan merenggut lebih banyak korban jiwa di pihak sipil, sedangkan di bagian barat, aksi pemboman membabi-buta yang terus-menerus terjadi terhadap banyak sasaran di Tripoli mengakibatkan penderitaan warga sipil.

"Puluhan ribu warga sipil sekarang telah meninggalkan rumah mereka; banyak warga sipil juga telah kehilangan nyawa mereka akibat pemboman, termasuk perempuan dan anak kecil," katanya. 

"Kami juga memiliki laporan yang layak dipercaya mengenai kekurangan parah pasokan medis."

Bentrokan antar-anggota milisi yang bertikai di Ibu Kota Libya, Tripoli, dan Kota Benghazi di bagian timur negeri tersebut telah membuat sedikitnya 214 orang tewas dan 981 orang  cedera sejak 13 Juli. 

Banyak orang khawatir pertempuran sengit akan berubah menjadi perang saudara besar-besaran. (antara/mukafi niam)