Internasional

Masjid An-Nur Dili, Masjid Tertua di Timor Leste, Simbol Perdamaian dan Toleransi

Sabtu, 22 Maret 2025 | 22:00 WIB

Masjid An-Nur Dili, Masjid Tertua di Timor Leste, Simbol Perdamaian dan Toleransi

Masjid An-Nur Dili Timor Leste (Foto: Abdul Fatah)

Dili, NU Online
Setiba di bandara Timor Leste pada hari pertama penugasan dakwah Ramadhan 1445 Hijriah ini, saya dijemput oleh Pak Pandu dan Pak Nugroho. Keduanya  dari KBRI Timor Leste. Oleh mereka, saya langsung dikenalkan kepada pengurus Masjid An-Nur sekaligus untuk melaksanakan shalat dzuhur di sana.


Belum benar-benar tiba di Masjid An-Nur, dari kejauhan tampak sahabat-sahabat dai PCINU Timor Leste sudah menunggu kedatangan saya. Pertama kali saya bertemu dengan Ketua PCINU Timor Leste. Ia memperkenalkan diri. Namanya Ustad Khulail, orang kelahiran Cirebon Jawa Barat dan mendapatkan jodoh seorang istri dari Timor Leste. Sahabat-sahabat lainnya dari PCINU Timor Leste, satu per satu memperkenalkan diri. Kami pun segera melaksanakan shalat dzuhur di masjid kebanggaan orang Muslim di Timor Leste.


Usai shalat, kami tidak langsung pulang, tetapi duduk-duduk di teras masjid, bahkan saya sesekali diajak melihat-lihat isi dari masjid tersebut. Ustad Khulail, Ketua PCINU Timor Leste, memulai pembicaraan dengan mengatakan bahwa Masjid An-Nur jika di Indonesia adalah semacam Masjid Istiqlal.


"Ustadz, Masjid An-Nur kalau di Indonesia itu Istiqlal," katanya.

 

Dia pun bercerita sejarah berdirinya dan dinamika yang ada di masjid tertua di Timor Leste itu. Sambil jalan-jalan di dalam masjid saya bertanya-tanya kepada pengurus masjid. Dari mereka saya menjadi tahu, Masjid An-Nur, terletak di Rua de Campo Alor (Jalan Kampung Alor), Dili, Timor Leste, adalah masjid terbesar di negara tersebut. Pembangunannya dimulai pada tahun 1955 atas inisiatif Imam Haji Hasan Bin Abdulah Balatif, Kepala Kampung Alor saat itu, bersama masyarakat Muslim Dili. Pendirian masjid ini juga mendapat restu dari kepala suku Arab kala itu, Hamud bin Awad Al-Katiri. 

 

Masjid ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama digunakan sebagai ruang shalat, sementara lantai kedua difungsikan sebagai ruang sekolah. Di bagian tengah masjid terdapat taman yang memberikan suasana sejuk dan nyaman bagi para jamaah. 

 

Selama krisis tahun 1999, Masjid An-Nur berperan penting sebagai tempat perlindungan bagi masyarakat yang terdampak konflik. Masjid ini menjadi saksi bisu tingginya penghormatan masyarakat Timor Leste terhadap Islam dan toleransi antarumat beragama. 


"Hingga kini, Masjid An-Nur tetap menjadi pusat kegiatan keagamaan bagi komunitas Muslim di Dili dan simbol toleransi beragama di Timor Lete," terangnya.

 

Ustad Khulail menambahkan bahwa Masjid An-Nur memiliki beberapa fasilitas dan kegiatan. Masjid ini memiliki dua lantai, lantai pertama untuk tempat shalat sementara lantai kedua digunakan sebagai ruang sekolah.


Di bagian tengah masjid terdapat sebuah taman yang digunakan sebagai penyejuk ruang alami. Di pojok kanan terdapat tempat wudu dan bangunan perpustakaan sederhana. Masjid ini juga memiliki sekolah yang dikelola oleh pengurus masjid.


Simbol Toleransi
Menurut Ustadz Khulail, Masjid An-Nur juga dianggap sebagai simbol toleransi di Kota Dili. Meskipun pernah mengalami konflik kewarganegaraan, masyarakat setempat telah melebur menjadi satu sebagai warga Timor Leste.


Ustadz Khulail memberi alasan mengapa sebagai simbol toleransi karena, Masjid An-Nur memiliki keragaman umat yang besar, dengan jamaah yang berasal dari berbagai suku dan agama.

 

"Meskipun mayoritas jamaah adalah Muslim, masjid ini juga digunakan oleh umat lain untuk kegiatan pendidikan dan sosial. Masjid An-Nur dikenal sebagai tempat yang toleran terhadap umat beragama lain," jelas Khulail.


Pada masa konflik di Timor Leste, masjid ini menjadi tempat perlindungan bagi umat Katolik dan Protestan yang melarikan diri dari konflik.


Ustadz Khulail melanjutkan ceritanya bahwa Masjid An-Nur dianggap sebagai simbol perdamaian di Timor Leste. "Setelah konflik berakhir, masjid ini menjadi tempat untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi antarumat beragama," tutur dia.


Dengan demikian, Masjid An Nur di Dili, Timor Leste dianggap sebagai simbol toleransi karena sejarah perjuangannya, keragaman umatnya, toleransi antarumat beragama, kegiatan sosial keagamaan, dan simbol perdamaian yang diwakilinya.


Abdul Fatah, Dai Go Global LD PBNU 2025 dengan penugasan ke Timor Leste. Program ini didukung NU Care-LAZISNU.