Internasional

Melihat Reaksi Perempuan Saudi terkait Revisi UU Perwalian

Selasa, 23 Juli 2019 | 15:30 WIB

Melihat Reaksi Perempuan Saudi terkait Revisi UU Perwalian

Perempuan mengemudi di Arab Saudi (Hamad I Mohammed/Reuters)

Riyadh, NU Online
Arab Saudi dilaporkan berencana menghapus sistem perwalian yang mewajibkan perempuan harus mendapatkan izin dari walinya jika mereka ingin bepergian. Tentu, ini menjadi angin segar bagi bagi perempuan Arab Saudi karena sebelumnya mereka juga sudah diperbolehkan mengemudi kendaraan sendiri, menonton pertandingan sepak bola di stadion, dan menonton film di bioskop.
 
Maklum, selama ini Arab Saudi dikenal sebagai negara yang ketat dan ‘banyak mengatur’ warganya, terutama hal-hal yang berkaitan dengan perempuan. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu banyak larangan yang dulu dihadapi perempuan Saudi, kini mulai dihapus atau dicabut. Tahun ini, jika UU Perwalian jadi direvisi tahun ini, maka perempuan tidak perlu lagi meminta izin walinya jika ingin keluar.
 
Sistem perwalian adalah sebuah sistem yang memberikan kekuasaan yang cukup besar kepada laki-laki atas perempuan. Sistem ini membuat laki-laki memiliki kendali penuh atas perempuan, termasuk memberikan izin atau tidak mereka untuk bepergian dan memilihkan siapa yang harus mereka nikahi. Yang disebut wali di sini biasanya meliputi ayah, suami, saudara laki-laki, anak laki-laki, atau paman.

Menurut laporan Wall Street Journal, pemerintah Saudi nantinya berencana mengizinkan laki-laki atau perempuan berusia di atas 18 tahun untuk bepergian ke luar negeri tanpa persetujuan dari walinya. Sistem ini dianggap sangat merugikan perempuan. Oleh karena itu, revisi UU Perwalian dimaksudkan sebagai upaya untuk mengurangi dominasi laki-laki atas perempuan di Saudi.
 
Lantas, bagaimana reaksi perempuan Arab Saudi terkait dengan revisi UU Perwalian tersebut? 

Perempuan Arab Saudi menyambut rencana revisi UU Perwalian itu dengan rasa harap dan ragu-ragu. Seorang presenter televisi terkenal Arab Saudi, Muna Abu Sulayman, tersenyum setelah membaca berita tentang UU Perwalian bakal direvisi. Ia mengungkapkan perasaannya itu di akun Twitter pribadinya.

"Perjalanan panjang, dua tahun yang lalu kami diberitahu segera," tulisnya.

Sementara seorang antropolog Arab Saudi di London School of Economics, Madawi al-Rasheed, menilai, reformasi undang-undang perwalian muncul kembali sebagai upaya untuk melawan citra negatif tentang negara, khususnya Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS). Sebagai informasi, dalam beberapa tahun terakhir, banyak perempuan Saudi yang melarikan diri dari Kerajaan dan meminya suaka ke negara lainnya. Hal itu membuat citra Saudi tidak aman bagi perempuan. 
 
Menurut al-Rasheed, MBS ingin memperbaik pandangan dunia internasional terhadap hal itu. Dia skeptis bahwa potensi perbaikan citra Saudi itu akan berjalan cukup jauh. 

Dunia media sosial Arab Saudi juga mulai riuh dengan isu tersebut. Berbagai macam meme muncul untuk menanggapi isu itu, mulai dari meme lucu, skeptis, hingga pesan yang melegakan. Beberapa perempuan menyambut gembira kabar ini, sementara sebagian lainnya menolaknya dan mengangga itu sebagai pencitraan. 

Pada 2017 lalu, MBS meluncurkan serangkaian reformasi di Arab Saudi, salah satu agendanya adalah meliberasi beberapa pembatasan pada perempuan. Sejak saat itu, sejumlah larangan yang menyasar perempuan dicabut seperti mengemudi kendaraan dan menonton pertandingan olah raga di arena. Namun reformasi itu dinilai terhenti, itulah yang membuat perempuan Saudi ragu-ragu dengan revisi UU Perwalian. 

Upaya Saudi merevisi UU Perwalian itu bukan tanpa rintangan. Kelompok-kelompok konservatif mengecam gagasan itu. Menurut mereka, pemberian kebebasan kepada perempuan mencederai ajaran Islam yang selama ini mereka yakini. (Red: Muchlishon)