Khartoum, NU Online
Dalam rangka memeriahkan hari santri 22 Oktober, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sudan memamerkan kitab ulama-ulama Nusantara di Khartoum International Books Fair, Sudan, pada 18-21 Oktober 2018. Hal itu dilakukan sebagai upaya memperkenalkan karya-karya ulama Nusantara ke dunia internasional.
Menurut Ketua PCINU Sudan Muthiullah Hibatullah, pameran tersebut dilaksanakan pertama kalinya bagi warga Indonesia. Kali ini, tidak saja sebagai pengunjung, akan tetapi warga Indonesia tampil sebagai peserta dengan memamerkan kitab Ahlusunah wal Jamaah karya ulama Nusantara.
“Perlu diketahui, bahwasanya ulama kita di Indonesia juga memilki karya-karya yang sangat bagus dan menarik. Tak hanya itu, banyak dari pengunjung yang sangat antusias, apalagi ketika mengetahui bahwasanya ulama di Indonesia menggunakan tulisan pegon,” jelasnya.
Dari data yang diperoleh, terdapat sekitar 43 karya-karya ulama Nusantara berbahasa Arab yang ditampilkan, baik klasik maupun kontemporer.
Di antara nama ulama Nusantara yang karyanya dipamerkan adalah Hadratussyekh KH Hasyim Asyari, Syekh Nawawi Al-Bantani, Syekh Ihsan Muhammad Jampes, Syekh Ibrahim Allaqqoni, Syeikh Ahmad al-Marzuqi al-Maliki, KH Arwani Amin, KH Ali Maksum, KH Muhammad Hasan bin Syamsudin, KH Zainudin bin Abdul Majid, KH Maksum bin Ali, KH Abdullah Fauzi, KH Sahal Mahfudh, KH Sya’roni Ahmad, KH Ishomudin Hadziq, KH Zainal Abidin Munawwir, KH Yasin Asymuni, dan lain-lain.
Muthiullah berharap karya-karya ulama Nusantara bisa lebih dikenal di dunia Internasional, terutama di negeri seribu darwis, Sudan. Untuk itu, dilakukan beberapa upaya seperti mendatangkan kitab ulama Nusantara secara bertahap, untuk di data dengan baik dan benar, dan kemudian dipromosikan; tak hanya di pameran buku internasional ini, tapi juga blusukan ke kampus-kampus yang ada di Sudan.
“Dari pameran tersebut, sebenarnya masih banyak sekali karya ulama nusantara yang ingin dipromosikan pada pameran internasional, akan tetapi karena kendala dana dan waktu, hanya 43 kitab yang mampu kita pamerkan. Meskipun begitu, kami sangat bangga dan bahagia, bisa mempromosikan karya-karya ulama Indonesia di negeri afrika ini. Alfatihah untuk semua guru-guru kita,” pungkasnya. (Syahid/Abdullah Alawi)