Internasional

Paramiliter Sudan Klaim Kuasai El-Fasher, Ribuan Warga Sipil Terpaksa Mengungsi

NU Online  ·  Rabu, 29 Oktober 2025 | 13:00 WIB

Paramiliter Sudan Klaim Kuasai El-Fasher, Ribuan Warga Sipil Terpaksa Mengungsi

Pasukan RSF di Darfur Timur (Sumber: Telegram RSF)

Jakarta, NU Online

Pasukan Paramiliter Rapid Support Forces (RSF) mengklaim bahwa mereka telah berhasil menguasai dan mengambil kendali atas El-Fasher, benteng terakhir tentara Sudan di wilayah Darfur Utara, Sudan, pada Ahad (26/10/2025). 


Meski begitu, bentrokan sengit antara tentara Sudan dan paramiliter terus berlanjut sehingga menyebabkan warga sipil terpaksa mengungsi. Sebuah video dari TRT World, menayangkan sejumlah warga sipil berbondong-bondong meninggalkan daerah konflik di wilayah Darfur, Sudan, dikutip NU Online pada Rabu (29/10/2025).


Pada Senin (27/10/2025), Kepala Kemanusiaan PBB Tom Fletcher menyatakan prihatin terkait laporan adanya korban warga sipil dan pengungsian paksa di tengah sengitnya pertempuran di El-Fasher.


"Saya sangat prihatin dengan laporan mengenai korban sipil dan pengungsian paksa di tengah meningkatnya pertempuran di El Fasher, tempat penembakan hebat dan serangan darat telah melanda kota tersebut," ungkapnya melalui akun X.


Selain itu, Tom juga mengumumkan bahwa ratusan ribu warga sipil sedang terjebak dan ketakutan, sebab paramiliter terus menyerang dan rute terputus.


"Ratusan ribu warga sipil terjebak dan mengalami ketakutan. Takut ditembaki, kelaparan, takut tidak memiliki akses ke makanan, perawatan kesehatan, maupun keselamatan nyawa mereka," ujarnya.


"Akses kemanusiaan yang aman, cepat, dan tanpa hambatan harus diberikan untuk menjangkau semua warga sipil yang membutuhkan," lanjutnya.


Pihaknya mengaku telah menyiapkan tim penyelamat jiwa, tetapi kesulitan menyelamatkan nyawa di tengah tembakan yang semakin intensif. Ia lantas menyerukan adanya gencatan senjata.


"Kami menyerukan gencatan senjata segera di El Fasher, di seluruh Darfur, dan di seluruh Sudan. Warga sipil harus diizinkan melewati perbatasan dengan aman dan mendapatkan akses bantuan," tuturnya.


Ia mengimbau agar warga sipil yang mengungsi ke daerah yang lebih aman harus diizinkan, yang tetap tinggal harus dilindungi, dan serangan terhadap warga sipil, rumah sakit, dan operasi kemanusiaan harus segera dihentikan.


"Pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran hukum humaniter dan hak asasi manusia internasional harus dimintai pertanggungjawaban. Saya mengingatkan semua pihak dalam konflik ini tentang kewajiban mereka berdasarkan hukum humaniter internasional dan yang tercermin dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB 2736 (2024)," pungkasnya.


Melansir dari Anadolu Agency, Kelompok Sudan mengatakan bahwa Pasukan RSF pada hari Senin telah membunuh warga sipil berdasarkan etnis mereka dan menjarah fasilitas kesehatan di El-Fasher, ibu kota Darfur Utara, Sudan Barat.


"Dalam pembantaian keji yang dilakukan RSF kemarin malam di El-Fasher, kejahatan mereka meluas di El-Fasher dan wilayah Darfur, RSF membunuh warga sipil tak bersenjata atas dasar etnis dalam apa yang merupakan tindakan pembersihan etnis," kata Sudan Doctors Network dalam sebuah pernyataan di X.


Melaporkan dari The Guardian, Sudan telah dilanda perang saudara selama 18 bulan terhitung sejak April 2023 , ketika perebutan kekuasaan antara militer dan RSF berubah menjadi perang terbuka di ibu kota, Khartoum, dan menyebar dengan cepat ke seluruh negeri.


Pada peringatan dua tahun dimulainya konflik, lebih dari 13 juta orang mengungsi dan separuh dari 51 juta penduduk membutuhkan bantuan pangan.


Meskipun tentara Sudan merebut kembali Khartoum pada Maret 2025, yang memungkinkan banyak penduduk kembali, pertempuran terus berkecamuk di selatan dan barat negara itu. Pada Mei 2024, RSF mengepung El Fasher, di wilayah Darfur barat.


Pada bulan Agustus, PBB mengatakan bahwa lebih dari 600.000 orang telah mengungsi dari kota tersebut, sedangkan 260.000 yang lainnya masih terjebak di sana dan terputus dari bantuan.


Video-video menunjukkan paramiliter RSF merayakan kemenangan di depan garnisun El Fasher, yang telah ditinggalkan oleh tentara. Video-video lain yang beredar daring, yang tidak dapat diverifikasi secara independen, menunjukkan RSF memaki sekelompok pria yang duduk di tanah, menuduh mereka sebagai tentara, dan sejumlah kendaraan mereka mengejar warga sipil yang melarikan diri.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang