Tunis, NU Online
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tunisia menerima kunjungan Duta Besar LBBP RI Safira Machrusah beserta suaminya di sela-sela kunjungannya ke Tunisia dalam rangka Rakor antara Duta Besar RI se-Afrika Utara dan sekitarnya.
Rakor ini bersamaan dengan kunjungan Mentri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi ke Tunisia. Turut hadir dalam rombongan ini beberapa duta besar RI se-Afrika, di antaranya Dubes RI untuk Aljazair, Maroko, Sudan, Mesir, Lybia dan Direktur Diplomasi Publik Kemenlu, juga beberapa wartawan nasional dari Indonesia.
Kunjungan kali pertama ke Tunisia ini juga merupakan tindak lanjut dari obrolan Duta Besar LBBP RI Safira Machrusah dengan Wakil Ketua beserta Sekertaris PCINU Tunisia ketika berada di Aljazair dua minggu sebelumnya.
Beberapa poin dibahas terkait perlunya sinergitas antar-PCINU dan Keluarga Nahdlatul Ulama (KNU) di kawasan Maghrib Arobi ini. Sepintas kawasan Maghribi ini meliputi Aljazair, Tunisia, Maroko, Lybia, dan Mauritania. Ia juga menginginkan perlu adanya pengenalan lebih jauh tentang promosi budaya keilmuan dan pengenalan tokoh-tokoh Islam di Nusantara kepada masyarakat Maghrib Arobi.
Kita tahu bahwa banyak ulama penyebar agama Islam di Nusantara ini berasal dari kawasan Maghrib Arobi. Juga demikian banyak pula kitab-kitab karangan ulama asal Maghrib Arobi ini yang diajarkan di Nusantara, seperti kitab Dalailul Khoirot, Aljurmiyah, Ummul Barohin, dan lain-lain. Titik temunya ada kesamaan dalam konsep beragama antara masyarakat di Nusantara dan Maghrib Arobi ini.
ia juga menyampaikan keinginannya untuk mengadakan konferensi Nahdlatul Ulama di tingkat kawasan Maghrib Arobi ini dengan mengundang beberapa tokoh NU dari berbagai macam latar belakang guna membahas promosi budaya. Juga tentunya, hal ini bertujuan untuk memperluas jaringan keilmuan dan keulamaan.
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tunisia dipesani untuk terus menjadi duta-duta bangsa dan duta intelektual Indonesia.
Sebelum berpamitan, ia menitipkan sejumlah oleh-oleh kepada PCINU Tunisia untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Pengalamannya di NU tidak perlu ditanyakan lagi. Ia pernah menjabat Ketua Umum IPPNU 1998-2000 di kala masa-masa sulit terjadinya Reformasi di Indonesia, dan juga penggerak berdirinya NU di Australia bersama Prof. DR. Nadirsyah Hosen, yang sekarang menjadi Rais Syuriyah PCINU Australia-New Zeland.
Sehingga oleh Nahdliyin di sini, disebut sebagai “Ibu Inisiator” NU Kawasan Maghrib. (MI/AJ/Abdullah Alawi)