Internasional

Peneliti: Yasser Arafat Tewas Diracun

Rabu, 4 Juli 2012 | 16:17 WIB

Lausanne, NU Online
Institut de Radiophysique di Lausanne, Swiss, menemukan benda-benda pribadi yang biasa dipakai pemimpin Palestina Yasser Arafat dipastikan mengandung unsur radioaktif polonium. Elemen langka ini jugalah yang menewaskan mantan mata-mata Rusia Alexander Litvinenko di London tahun 2006.<>

Polonium ditemukan di pakaian, sikat gigi bahkan sampai kafiyeh legendaris pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) itu. Dan unsur langka itu bercampur dengan darah, keringat, liur dan urine Arafat yang meninggal secara misterius di Paris pada Oktober 2004 itu. Temuan ini mengindikasikan, ada level tinggi polonium di tubuh Arafat.

"Saya bisa memastikan bahwa kami menemukan sejumlah polonium-210 yang tak terjelaskan di kepunyaan Tuan Arafat yang mengandung noda biologis," kata Direktur Institut itu, Dr. Francois Bochud.

Penemuan ini jelas membuat janda Arafat, Suha, meminta Otoritas Palestina menggali kembali makam suaminya. Suha meminta tulang Arafat diperiksa, apakah mengandung polonium sehingga kematian Arafat bisa disimpulkan karena diracun.

"Saya tahu Otoritas Palestina berusaha menemukan apa yang membuat Yasser meninggal," kata Suha saat diwawancara Al Jazeera. "Dan kini kami menolong mereka. Kami memiliki hasil yang sangat substansial, sangat penting."

Delapan tahun sudah setelah kematian Arafat. Tes yang dilakukan di Paris atas jasad Arafat, tidak ditemukan jejak racun yang diduga membunuhnya. Ada sejumlah rumor kematiannya akibat sakit antara lain oleh kanker, sirosis hati dan bahkan sampai pada tuduhan terjangkit HIV.

Penyelidikan selama sembilan bulan yang dilakukan Al Jazeera menemukan tak satu pun rumor itu yang benar. Kesimpulan penelitian itu satu: Arafat dalam keadaan sehat sampai suatu hari pada 12 Oktober 2004 jatuh sakit.

Karena jasad Arafat kemudian dikubur, Al Jazeera yang memperoleh barang-barang pribadi Arafat lalu meminta lembaga yang dulu juga ikut investigasi kematian Putri Diana ini meneliti. Dokter-dokter forensik itu tak menemukan jejak logam atau racun biasa, sehingga kemudian beralih meneliti kemungkinan adanya elemen lain termasuk polonium.
 


Redaktur : Syaifullah Amin