Lonjakan drastis kasus dan kematian akibat Covid-19 membuat proses kremasi harus dilakukan di luar area krematorium bahkan di trotoar jalan. (Foto: Reuters/Adnan Abidi)
Patoni
Penulis
Jakarta, NU Online
Dalam tempo 24 jam, terjadi 346.786 kasus positif Covid-19 di India dan 2.624 pasien virus corona yang meninggal. Hal itu menyebabkan rumah sakit dan fasilitas kesehatan kewalahan, bahkan kehabisan oksigen. Karena sebagian besar yang terinfeksi mengalami gangguan pernafasan.
Lonjakan kasus positif Covid-19 tersebut tertinggi di dunia sejak WHO menyatakan virus corona sebagai pandemi global tahun lalu.
Lonjakan kasus virus corona ini dengan cepat membuat rumah sakit-rumah sakit di India juga kehabisan tempat tidur. Walhasil, banyak pasien Covid-19 yang sakit terpaksa harus dipulangkan.
Ada juga yang menjalani perawatan di dalam mobil. Kasus di India tersebut mengingatkan awal-awal pandemi yang menyerang Italia dan Amerika Serikat.
Apa yang membuat kasus positif Covid-19 di India melonjak tajam?
Pertama, catatan dokter Amir Khan yang dipublikasi Aljazeera pada 25 April 2021 menyebutkan varian baru Covid-19 atau yang dikenal dengan nama B.1.1.7 terdeteksi di India. Selain varian baru di Brasil, Afrika Selatan, dan Inggris, India juga menemukan mutasi baru virus corona.
"Tampaknya varian ini berpotensi lebih mudah menempel pada sel manusia. Jelas itu akan menyebabkan lebih banyak orang terinfeksi dan lebih banyak dirawat di rumah sakit,” kata Tarik Jasarevic, Juru Bicara WHO dikutip DW.
Meski menjadi salah satu produsen vaksin terbesar di dunia, India tidak memiliki cukup stok untuk menginokulasi populasi yang memenuhi syarat. Pemerintah India menuai kritik karena peluncuran vaksinasi yang lamban.
Kedua, merasa puas diri. Rasa puas diri tidak hanya dipicu oleh kelelahan akibat pandemi, menurut ahli virus Vineeta Bal. Para pemimpin politik dan agama yang secara terbuka meremehkan bahaya pandemi dan menyerukan pertemuan massal juga berperan dalam tsunami Covid-19 India.
Ketiga, protokol kesehatan mengendor. Setelah penurunan kasus pada awal 2021, masyarakat di India kendor pada protokol kesehatan. Bahkan, beberapa tempat umum yang sebelumnya sepi, berubah menjadi ramai seakan tidak terjadi pandemi.
Keempat, adanya gelaran acara besar-besaran yang diadakan di India. Terlepas dari banyaknya jumlah kasus infeksi, pemerintah justru mengizinkan ratusan ribu umat Hindu menghadiri Kumbh Mela, acara keagamaan terbesar di India.
Kondisi tersebut juga diperparah ketika Partai BJP yang berkuasa mengadakan pertemuan besar. Pada salah satu acara serupa di negara bagian Benggala Barat, Perdana Menteri Narendra Modi malah berterima kasih kepada kerumunan dan mengatakan dia "belum pernah melihat kerumunan sebesar itu dalam acara kampanye."
Kelima, banyak masyarakat yang merasa percaya diri dengan keampuhan vaksin. Padahal saat ini vaksinasi di India baru sekitar 10 persen, dari jumlah penduduknya sebanyak 1,3 miliar jiwa.
Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Muchlishon
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua