Internasional

Ramadhan Momentum Pererat Persaudaraan Sesama Muslim di Harvard University

Rabu, 5 Maret 2025 | 11:00 WIB

Ramadhan Momentum Pererat Persaudaraan Sesama Muslim di Harvard University

Buka bersama mahasiswa Indonesia di Harvard University, Amerika Serikat. (Foto: dokumentasi pribadi Annas Rolli Muchlisin)

Massachusetts, ramadhan di

Menjalani ibadah puasa di negeri yang mayoritas penduduknya bukan Muslim tentu menjadi tantangan tersendiri. Namun, bagi mahasiswa Muslim di Harvard University, Ramadhan justru menjadi momen kebersamaan dan memperkuat spiritualitas di tengah kesibukan akademik.


Annas Rolli Muchlisin, Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Amerika Serikat-Kanada yang saat ini tengah menempuh studi doktoral bidang studi agama di Harvard, membagikan pengalamannya tentang kehidupan beragama di kampus tersebut selama bulan suci Ramadhan.


"Untuk suasana berbuka puasa bulan Ramadhan di Harvard, alhamdulillah, kita punya komunitas namanya Muslim Student Association. Kita juga selain komunitas mahasiswa muslim, kita juga ada yang namanya Muslim Chaplain. Jadi itu semacam ustadznya yang ada di kampus Harvard," ujar Annas kepada NU Online, Selasa (4/3/2025).


Menurutnya, Harvard memiliki sistem yang mendukung keberagaman agama, termasuk bagi mahasiswa Muslim. Di bawah rektorat, terdapat kantor khusus yang menangani aktivitas keagamaan berbagai agama, termasuk Islam.


Salah satu tokoh yang aktif dalam pembinaan keislaman adalah Abdur Rasyid, seorang Muslim Chaplain yang turut serta dalam berbagai kegiatan keagamaan, termasuk penyelenggaraan buka puasa bersama.


"Jadi ada aktivitas keagamaan Kristen, Katolik, Yahudi, dan seterusnya. Salah satu divisinya ada ustadz muslimnya namanya Doktor Abdur Rasyid. Jadi beliau ini beserta dengan komunitas Muslim beserta alumni Harvard Association atau alumni Harvard yang Muslim juga itu mengadakan buka puasa bareng-bareng," jelasnya.


Buka puasa bersama telah berlangsung sejak hari pertama Ramadhan. Hampir setiap hari ada sesi berbuka puasa bersama yang mempererat kebersamaan di antara mahasiswa muslim Harvard.


Tidak hanya dengan sesama mahasiswa muslim, Annas juga menyebutkan bahwa komunitas mahasiswa Indonesia di Harvard juga mengadakan buka puasa bersama di apartemen mereka.


"Selain buka puasa bersama Muslim, kami juga ada komunitas mahasiswa Indonesia. Ada juga buka bareng kayak hari Minggu kemarin di apartemen kami. Kami mengundang beberapa mahasiswa muslim asal Indonesia yang ada di Harvard untuk buka puasa bareng," ujarnya.


"Nanti hari Rabu depan ada juga asosiasi namanya HISA (Himpunan Mahasiswa Indonesia di Harvard), kita juga mengadakan buka puasa bareng dengan mahasiswa MIT," lanjut pria yang menamatkan studi masternya di Hamad bin Khalifa University, Qatar itu.


Selain berbuka puasa bersama, mahasiswa Muslim di Harvard juga memiliki kesempatan untuk menunaikan ibadah tarawih berjamaah. Setiap harinya, mereka memulai dengan berbuka puasa dengan kurma dan air putih, kemudian dilanjutkan dengan shalat Maghrib, makan bersama, serta shalat tarawih berjamaah yang disertai kajian dari Muslim Chaplain.


"Yang ngasih kajian ustadz yang tadi, Muslim Chaplain namanya Doktor Ustadz Abdur Rasyid. Beliau yang memberikan tausiah keagamaan sampai kurang lebih 15 menit. Habis itu, kita shalat tarawih selesai pukul 9.00 (malam)," ungkapnya.


Meskipun menjalani Ramadhan di Harvard penuh dengan keberkahan, Annas mengakui bahwa tantangan tetap ada, terutama dalam membagi waktu antara studi yang padat hingga petang dan ibadah.


"Jadi, cukup menantang karena materi perkuliahan berat. Kita perlu berpikir keras, tapi di saat yang sama kita juga sedang berpuasa. Jadi, cukup menantang. Tapi alhamdulillah bisa saja dijalani karena bareng teman-teman yang lain juga," ujarnya.


Di luar aktivitas Ramadhan di Harvard, PCINU Amerika Serikat-Kanada juga mengadakan berbagai kegiatan keislaman. Mereka telah memulai Ramadhan dengan acara tarhib dan akan menyelenggarakan beberapa bedah buku untuk mempererat komunikasi serta menjalin silaturahmi secara daring.


"Minggu depan kita akan melakukan bedah buku 'Sekolahlah Tinggi-Tinggi' yang ditulis oleh para perempuan Nahdliyat yang kuliah di luar negeri. Nanti minggu ke depannya lagi akan ada bedah buku lagi tentang perjalanan seorang santriwati Jombang yang dapat beasiswa di New York S1," katanya.


"Selama bulan Ramadhan kita bedah buku jadi biar ada komunikasi, silaturahim secara online. Tapi di saat yang sama kita juga menggali inspirasi cerita-cerita tersebut," lanjut pria yang juga menamatkan studi magisternya di University of Toronto, Kanada itu.


Selain itu, Annas juga mengungkapkan rencana kegiatan untuk Idul Fitri mendatang. "Kemungkinan nanti di Idul Fitri kita akan mengadakan halal bihalal," katanya.


Menurutnya, bulan Ramadhan di Harvard bagi mahasiswa Muslim bukan hanya tentang menjalankan ibadah puasa, tetapi juga tentang mempererat persaudaraan, menguatkan keimanan, serta menjaga semangat akademik di tengah tantangan yang ada. Ia berharap dengan adanya komunitas yang solid, Ramadhan di Harvard menjadi pengalaman yang bermakna bagi mereka yang menjalani.